REJABAR.CO.ID, JAKARTA ---- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman optimistis program pompanisasi yang saat ini digulirkan bisa memperkuat perekonomian Provinsi Jawa Barat (Jabar). Bahkan, bisa menghasilkan pendapatan Rp 150 triliun dalam kurun 10 tahun lewat pertanian padi.
“Pompanisasi yang saat ini digulirkan bisa memperkuat perekonomian desa menjadi lebih kuat dan produktif. Berdasarkan hitung-hitungan kami, petani bahkan bisa memperoleh keuntungan Rp 15 triliun dalam satu tahun atau Rp 150 triliun dalam 10 tahun,” ujar Mentan Amran dalam Apel Pompanisasi di Bandung, Selasa (7/5/2024).
Amran menjelaskan berdasarkan kalkulasi perhitungan yang dilakukan pihaknya, petani yang ada di daerah Jawa Barat bisa memperoleh keuntungan Rp15 triliun dalam satu tahun atau Rp 150 triliun dalam 10 tahun.
Potensi tersebut, kata dia, berdasarkan perhitungan dari satu pompa yang bisa melayani 50 sampai 100 hektare lahan sawah. Maka jika 10 ribu pompa yang digunakan maka bisa mengairi lahan persawahan hingga seluas 500 ribu hektare.
“Bayangkan kalau 10 ribu pompa bisa melayani 50 hektare saja per pompa, itu artinya bisa 500.000 hektare. Dan kalau 500.000 hektare ini bisa menghasilkan 1,5 juta ton (beras) untuk Jawa Barat, itu berarti akan meningkatkan pendapatan petani Rp 15 triliun per tahun. Artinya apa? Ekonomi bergerak di desa," ujar Amran dalam keterangan di Jakarta.
Menurut Mentan, Jabar merupakan salah satu provinsi terbesar yang dapat menghasilkan produktivitas di Indonesia. Karena itu, pemasangan pompa wajib dilakukan agar petani bisa melakukan produksi hingga tiga kali dalam setahun.
Amran mengatakan, Jabar merupakan salah satu provinsi menerima bantuan pompanisasi sebanyak 10 ribu unit dan akan didistribusikan ke 27 kabupaten/kota. Dia berharap bantuan tersebut mampu mengairi lahan tadah hujan sehingga mampu berproduksi dalam penyediaan pangan dalam negeri dan mewujudkan swasembada pangan bagi bangsa.
"Dulu bantuan Jawa Barat 4.100 unit pompa, sekarang tambahan baru 2.700 unit dan kami akan tambah lagi 6 ribu kalau semua sudah selesai terpasang. Jadi tahun ini 10 ribu unit untuk Jawa Barat dan ini terbesar selama Jawa Barat berdiri," kata Amran.
Oleh karena itu, Amran mengaku optimistis dengan adanya program pompanisasi yang saat ini digulirkan bisa memperkuat perekonomian desa menjadi lebih kuat dan produktif melalui peningkatan produktivitas pertanian.
Mentan menilai, pompanisasi adalah solusi cepat untuk mengantisipasi El Nino panjang yang sempat menurunkan produksi tahun lalu. Sementara itu, kata Mentan, pemerintah juga tengah menyiapkan 10 ribu hektare klaster pertanian modern yang nantinya sejajar dengan negara maju lainnya.
"Pompa ini solusi cepat untuk meningkatkan produksi dalam menghadapi El Nino. Dan nanti kami juga akan membuat klaster di Jawa Barat 10 ribu hektare pertanian modern yang sejajar dengan negara lain," kata Amran.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Ali Jamil mengatakan gerakan pompanisasi merupakan solusi cepat yang bisa meningkatkan produksi nasional secara signifikan. Pompanisasi dilakukan secara masif karena dapat membantu aktivitas tanam petani di lapangan.
"Kita targetkan pompanisasi ini bisa memberikan tambahan minimal 1,2 juta ton beras. Semoga bisa sampai 1,5 juta ton. Dengan begitu, sebelum tiga tahun kita harapkan bisa swasembada lagi," katanya.
Ali mengatakan, potensi sawah tadah hujan Jabar sebesar 201.702 ha (IP 100) dengan produksi 9,09 juta ton. Dari catatan secara nasional, 7,4 juta hektare luas baku sawah di Indonesia, ada sekitar 36 persen merupakan sawah tadah hujan.
Ali menambahkan pada periode 2019-2023, Jawa Barat telah mendapatkan bantuan dari Kementan berupa cultivator 2.084 ha, hand sprayer 5.517 ha, pompa air 4.162 unit, rice transplanter 33 unit, traktor roda dua 3.585 unit, traktor roda empat 298 unit, dan rehab jaringan irigasi 1.186 unit.