REJABAR.CO.ID, BANDUNG---Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di 2022 menyebabkan populasi sapi perah di Jawa Barat (Jabar) mengalami penurunan. Dampaknya, membuat adanya penurunan pemenuhan kebutuhan susu.
Menurut Sekertaris Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar, Indriantari, para peternak sapi perah merasakan langsung dampak dari penyakit PMK. Karena, para peternak banyak kehilangan sapi peliharaan.
"Kami kehilangan populasi sapi perah sebesar 34 persen setelah PMK, belum lagi produksinya yang turun efek dari penyakit itu (PMK), kan ada penurunan terhadap produksi," ujar Indriantari usai kegiatan Beja di Gedung Sate, Senin (22/7/2024).
Indriantari mengatakan, hewan ternak yang paling terdampak PMK di Jawa Barat yaitu sapi perah, sapi potong, domba kemudian kerbau. Sementara jumlah paling banyak ada di sapi dibandingkan dengan domba dan kerbau.
"PMK itu menyerang kemarin itu kambing, domba kemudian sapi, kerbau. Untuk sapi potong di kita memang populasinya kan enggak banyak, karena banyak masyarakat kita (ternak) sapi potong itu adalah penggemukan," katanya.
Menurut Indriantari, Jawa Barat sebelumnya mampu berada di tingkat pertama dalam produksi pemenuhan susu tingkat nasional. Namun, dengan banyaknya sapi perah yang terdampak PMK, kini masih mengalami penurunan.
"Karena kita secara nasional kita baru 20% ya kebutuhan susu yang bisa dipenuhi mulai dari yang terbesar itu adalah Jawa Timur, Jawa Tengah kemudian Jawa Barat. Jawa Barat itu pernah jadi nomor satu untuk produsen susu," katanya.
DKPP Jabar, kata dia, kini tengah menggenjot kembali produksi susu melalui beberapa langkah yang tengah berjalan. Indriantari memastikan, meski populasi sapi perah menurun, tingkat produksi masih bisa ditingkatkan.
"Kami ingin ngejar itu lagi, kita ingin produksinya banyak lagi, kalau populasi bisa kita kalah tapi produksi kita bisa mudah-mudahan bisa ngejar. Karena tadi kita akan tingkatkan produktifitas dari sapi," katanya.
Seperti diketahui, Jawa Barat merupakan provinsi terbesar dengan kasus PMK. Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat itu menyatakan ada 1.932 hewan terdampak virus ini. Saat itu dia meminta agar vaksinasi hewan lebih dimaksimalkan.