Jumat 11 Oct 2024 08:35 WIB

Cuaca Panas di Bandung Sempat Tembus 33,2 Derajat Celcius, BMKG Ungkap Ini Penyebabnya

Pada Oktober, suhu minimum 20,4 derajat celcius sedangkan suhu maksimum 32.8 derajat

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan pada layar yang menampilkan citra satelit cuaca panas (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan pada layar yang menampilkan citra satelit cuaca panas (ilustrasi)

REJABAR.CO.ID,  BANDUNG--Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengungkapkan alasan cuaca panas masih terasa di Kota Bandung saat ini. Mereka mencatat suhu udara minimum dan maksimum di bulan Oktober lebih hangat dibandingkan Juli dan Agustus kemarin.

Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan suhu udara minimum dan maksimum pada bulan Oktober lebih hangat dibandingkan Juli dan Agustus. BMKG Bandung telah mencatat pada Oktober tahun 2024 suhu minimum dan maksimum di Kota Bandung.

Baca Juga

Teguh mengatakan, pada satu Oktober, suhu minimum 20,4 derajat celcius sedangkan suhu maksimum 32.8 derajat celcius. Pada dua Oktober suhu minimum 21,4 sedangkan suhu maksimum 31,0. Tiga Oktober suhu minimum 21,4 sedangkan maksimum 30,2.

Pada empat Oktober, suhu maksimum mencapai 31,0. Lima Oktober suhu maksimum 30,8. Enam Oktober suhu maksimum 30,8 dan tujuh Oktober suhu maksimum 33,2 dan delapan Oktober suhu maksimum 32,4 sedangkan sembilan Oktober 32,1 derajat celcius.

"Suhu udara minimum terendah pada bulan Juli tanggal 15 Juli 16,2 derajat celcius. Suhu maksimum tertinggi di Oktober yaitu 33.2 derajat celcius pada tanggal 7 Oktober," ujar Teguh, Jumat (11/10/2024).

Selama proses peralihan musim, Teguh mengatakan cuaca siang hari didominasi cuaca cerah dan mulai terjadi proses konveksi. Akibatnya, suhu udara di siang hari lebih panas. "Saat masa peralihan pada cuaca siang hari didominasi oleh cuaca cerah dan mulai adanya proses konveksi, suhu di siang hari terasa lebih panas karena faktor kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara," kata Teguh.

Ia mengatakan sebagian wilayah Jawa Barat sudah berada pada masa transisi atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Kondisi itu ditandai dengan mulai melemah dominasi angin timuran ( Monsun Australia) dan bertambahnya tutupan awan konvektif yang signifikan yang berpotensi hujan.

Teguh mengatakan awal musim hujan di sebagian besar wilayah Jawa Barat dimulai pada Bulan Oktober kecuali untuk Tasikmalaya dan Pangandaran pada pekan ke tiga September. Sedangkan Karawang, Bekasi, Subang dan Indramayu pada awal dan pertengahan November.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement