REJABAR.CO.ID, INDRAMAYU--Sebanyak 14 muara sungai di sentra perikanan di Kabupaten Indramayu, mengalami pendangkalan. Selain menyulitkan para nelayan saat hendak melaut maupun kembali dari laut, kondisi itu juga memperparah banjir dan rob yang kerap terjadi.
Adapun muara yang mengalami pendangkalan parah itu di antaranya Glayem, Lombang, Limbangan, Karangsong, Eretan Wetan dan Eretan Kulon.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, Edi Umaedi mengatakan, pendangkalan muara itu salah satunya dipengaruhi oleh kondisi geografis Kabupaten Indramayu yang terletak di hilir aliran sungai-sungai besar. “Ya di pantura rata-rata hampir sama kondisinya karena kita di hilir dan banyak muaranya, (pendangkalan) ya memang lumayan parah,” ujar Edi, Selasa (1/7/2025).
Edi mengatakan, upaya pengerukan untuk menangani pendangkalan itu sebetulnya kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Namun, masyarakat kerap mengharapkan hal itu pada pemerintah daerah.
Edi mengakui, pihaknya memiliki satu kapal keruk untuk membantu mengatasi pendangkalan tersebut. Meski diakuinya, kapal keruk yang ada tidak bisa maksimal mengatasi pengerukan di semua muara. “Kita memiliki beberapa muara, satu kapal keruk ini tidak mampu melayani semuanya,” kata Edi.
Edi mengungkapkan, pengerukan muara seharusnya dilakukan secara rutin. Namun keterbatasan jumlah kapal keruk tidak bisa mengatasi masifnya pendangkalan muara. “Semua muara kondisinya hampir sama. Jadi misalkan kita mengeruk di wilayah timur selama empat sampai lima hari, kemudian pindah ke wilayah lain, maka setengah bulan (di wilayah timur) juga sudah tertutup lagi,” kata Edi.
Untuk itu, Edi berharap ada perhatian lebih dari seluruh pihak, terutama Pemerintah Pusat dan Pemprov Jabar. Tak hanya menyangkut kepentingan alur pelayaran kapal, kondisi muara juga sangat berpengaruh saat terjadinya banjir dan rob. “Di 2025 ini kita mulai lagi pengerukan muara. Walau terbatas, yang penting kita lakukan ikhtiar agar pendangkalan muara sungai sedikit bisa kita atasi,” kata Edi.
Sementara itu, pengerukan mulai dilakukan di muara Sungai Prajagumiwang Karangsong, Senin (30/6/2025). Bupati Indramayu, Lucky Hakim pun meninjau langsung proses pengerukan itu. ”Muara Karangsong ini sudah dangkal. Sedimentasi lumpur makin tinggi sehingga kapal nelayan sering kesulitan keluar dan masuk, bahkan harus antre panjang. Ini jelas mengganggu aktivitas mereka,” ujar Lucky.
Menurutnya, meskipun pengerukan tidak dapat sepenuhnya mengatasi persoalan akibat faktor alam, namun upaya itu tetap harus dilakukan secara berkelanjutan. Pemkab Indramayu juga tengah menyiapkan langkah pendukung lain seperti peninggian jalan, penanaman mangrove, serta rencana pembangunan kolam labuh dan pasar ikan yang higienis untuk meningkatkan kenyamanan nelayan.