REJABAR.CO.ID, BANDUNG--Lembaga pendidikan Bahasa Inggris masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat Bandung dan sekitarnya. Hal itu terlihat, salah satunya saat pembukaan sebuah lembaga pendidikan Bahasa Inggris Living English yang disambut antusias warga.
"Yes, betul (Antusiasnya tinggi sekali, red). Dan bukan cuman Bandung aja yah, area sekitarnya juga, kita percaya itu. Bahkan kita sudah mulai kelas sebelum pembukaan ini, sudah mulai ada kelas di sini juga, sudah ada siswa yang belajar, jadi permintaannya cukup banyak dari siswa maupun sekolah," ujar Head of Living English, Elisabeth Maria Siburian, disela-sela acara Pembukaan Cabang Terbaru Living English, sebuah lembaga pendidikan Bahasa Inggris yang inovatif, di Jl Hariangbanga No 5 Tamansari, Sabtu (19/01/2025).
Hadirnya Living English di Kota Bandung ini, kata dia, sebagai titik ke-26 di Indonesia, meliputi Pulau Jawa dan Bali. Sekaligus, menjadi cabang kedua di Bandung. Grand opening ini pun, menjadi momen istimewa yang diramaikan oleh kehadiran orang tua, calon siswa, dan praktisi pendidikan.
“Hari ini kita membuka Living English yang ke-26. Ini benar-benar batu loncatan buat kita. Sebelumnya, kita bahkan sudah memulai kelas di minggu lalu karena tingginya permintaan dari siswa dan sekolah,” katanya.
Dengan kapasitas hingga 800 siswa, kata dia, fasilitas di Living English Tamansari meliputi 10 ruang kelas yang dirancang untuk berbagai kebutuhan pembelajaran, baik kelas kecil maupun besar. Keunikan metode pembelajaran menjadi salah satu daya tarik Living English. Elisabeth menekankan nilai “local to global” yang diterapkan di lembaga ini.
“Kami tidak hanya mengajarkan Bahasa Inggris, tetapi juga memperkenalkan budaya lokal kepada siswa. Misalnya, dua minggu lalu kami mengadakan kegiatan belajar di museum fosil menggunakan Bahasa Inggris. Kegiatan ini bertujuan agar siswa tetap mengenal akar budaya Indonesia sambil mempersiapkan diri sebagai duta bangsa di luar negeri,” paparnya.
Selain itu, program pembelajaran di Living English sangat aplikatif dengan beragam aktivitas di luar kelas, seperti kunjungan ke museum-museum Indonesia. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya mempelajari Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan logis.