Ahad 09 Feb 2025 13:52 WIB

Sepi Terdampak Tol Cipularang, Restoran di KBB Ini Jadi Langganan Dedi Mulyadi dan Prabowo

Rumah Makan Haji Komarudin merupakan tempat legendaris.

Rep: Ferry Bangkit Rizki / Red: Arie Lukihardianti
Rumah Makan Nasi Timbel Haji Komarudin di Jalan Raya Padalarang-Purwakarta, Desa Sumur Bandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Rumah Makan Khas Masakan Sunda itu Pernah Dicicipi Sejumlah Pejabat
Foto: Ferry Bangkit
Rumah Makan Nasi Timbel Haji Komarudin di Jalan Raya Padalarang-Purwakarta, Desa Sumur Bandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Rumah Makan Khas Masakan Sunda itu Pernah Dicicipi Sejumlah Pejabat

REJABAR.CO.ID,  BANDUNG BARAT -- Di Jalan Raya Padalarang-Purwakarta terdapat sebuah rumah makan yang menyajikan masakan khas Sunda. Menunya ada ayam kampung, pepes ayam dan pepes ikan yang selalu menjadi primadona di rumah makan yang sudah berusia lebih dari tiga dekade itu.

Namanya Rumah Makan Haji Komarudin yang terletak di Desa Sumurbandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat. Bagi sebagian orang, rumah makan yang identik dengan nasi timbelnya itu mungkin masih terdengar asing.

Baca Juga

Namun, siapa sangka Rumah Makan Haji Komarudin merupakan tempat legendaris yang masakannya pernah dicicipi para pejabat. Rumah makan itu sudah melayani selera kuliner penikmatnya sejak tahun 1993.

"Kalau dimulainya tahun 1993-an, dulu ini usaha almarhum bapak saya," ujar Asep Asmin (52 tahun), penerus usaha Rumah Makan Haji Komarudin, belum lama ini.

Ia meneruskan usaha orang tuanya yang sudah dirintis sejak puluhan tahun lalu. Sejak awal, kata dia, Rumah Makan Haji Komarudin dikenal dengan masakan khas Sunda yang menyajikan menu andalan ayam kampung, pepes ayam, dan pepes ikan yang paling diburu pecinta kuliner.

Awal dibuka, rumah makan itu menjadi langganan para sopir truk yang melintas di jalan nasional itu. Mengingat jalan tersebut ketika itu menjadi salah satu akses utama kendaraan yang mengarah dari Jakarta, Karawang dan sekitarnya menuju Bandung dan sekitarnya.

"Ini kan dulu jalur utama truk, jadi banyak truk besar yang berhenti di sini. Kemudian bergeser sama mobil-mobil kecil (minibus) sama bus besar yang bawa penumpang, pada makan di sini," ujar Asep.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement