REJABAR.CO.ID, BANDUNG — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat (Jabar) melakukan pendalaman terkait Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun Indramayu selepas kontroversi soal sholat Idul Fitri. MUI Jabar pun menyoroti soal dugaan eksklusivisme dalam praktik keagamaan di Al-Zaytun.
“Kami akan melakukan pendalaman dan mengundang MUI Indramayu,” kata Sekretaris MUI Jabar Rafani Akhyar, saat dihubungi, Rabu (26/4/2023).
Rafani pun meminta aparat merespons soal kontroversi di Ponpes Al-Zaytun. Pasalnya, kata dia, sudah terjadi kegaduhan. “Tiba-tiba ada kasus begini membuat heboh. Jangan ada skenario untuk membuat kegaduhan di umat. Saya khawatir,” katanya.
Ponpes Al-Zaytun menjadi sorotan selepas adanya unggahan foto pada akun media sosial Instagram @kepanitiaanalzaytun yang menunjukkan pelaksanaan sholat Idul Fitri. Yang menjadi sorotan adalah shaf jamaah, di mana dibuat berjarak dan ada satu perempuan di shaf depan sejajar dengan laki-laki.
Rafani menyebut tata cara sholat berjamaah yang terlihat dalam foto yang viral itu tidak sesuai tuntutan dari Nabi. “Pertama, itu kan imam diapit dua orang, seperti dikawal, itu enggak ada contoh Nabi shalat begitu,” ujar dia.
Selain itu, Rafani mengatakan, soal keberadaan perempuan pada shaf laki-laki di barisan depan. Menurut dia, hal itu tidak mengacu kaifiyat sholat berjamaah, di mana perempuan berada di belakang shaf laki-laki dan ada hijab atau perantara.
Rafani pun menyoroti soal dugaan dugaan eksklusivisme dalam praktik keagamaan di Al-Zaytun. Berdasarkan informasi dari masyarakat, kata dia, Ponpes Al-Zaytun sejak dulu terkesan tertutup bagi jamaah luar.
“Dari awal mereka sudah eksklusif. Mereka perlu dicurigai eksklusif, itu karena memang di tengah masyarakat informasi yang sampai ke kita tidak pernah melibatkan jamaah, selalu tertutup,” kata Rafani.
Karena itu, MUI Jabar berupaya melakukan pendalaman terkait Ponpes Al-Zaytun. “Eksklusivisme dalam praktik keagamaan harus dicurigai,” kata Rafani.