REJABAR.CO.ID, BANDUNG — Lembaga amil zakat nasional, Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation, kembali menggelar kegiatan Learning Camp. Kegiatan ini ditujukan bagi para pelajar kelas 12 SMA sederajat untuk menguatkan persiapan mereka masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN).
Direktur MAI Foundation, Erwin Setiawan, menjelaskan, Learning Camp MAI ini menyeleksi sekitar 3.000 anak dan memilih sebanyak 15 persen dari mereka untuk mengikuti pelatihan selama kurang lebih tiga bulan.
“Program ini menggunakan dana zakat dari mayoritas karyawan Bank Mandiri. Tujuannya untuk bisa mengantarkan anak-anak Indonesia untuk lebih mudah masuk ke PTN,” ujar Erwin saat ditemui Republika di Kantor Bank Mandiri Wilayah VI Bandung, Jawa Barat, Sabtu (17/6/2023), ketika penutupan Leadership Camp MAI, yang merupakan rangkaian Learning Camp MAI 2023.
Untuk kegiatan pada 2023 ini, Erwin menyebut anggarannya sekitar Rp 1 miliar atau meningkat dari tahun sebelumnya, yang hanya sekitar Rp 600-700 juta.
Erwin mengatakan, selain mendukung pengoptimalan program bantuan pendidikan, kegiatan tersebut ditujukan untuk mendorong terwujudnya salah satu tujuan zakat, yaitu mentransformasikan mustahik (penerima zakat) menjadi muzaki (pemberi zakat).
Menurutnya, salah satu langkah pertama untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengantarkan generasi muda mendapatkan pendidikan yang lebih layak. Melalui kegiatan tahun ini, kata dia, diharapkan peserta yang lulus ke PTN bisa mencapai 90 persen.
“Harapannya, dengan mendapatkan pendidikan yang lebih baik, mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan mengubah nasib diri dan keluarga mereka, sehingga akhirnya tujuan zakat untuk mentransformasikan mustahik menjadi muzaki bisa terwujud,” ujar Erwin.
Erwin menjelaskan, selama 11 tahun Learning Camp MAI berjalan, tahun ini menjadi kegiatan dengan jumlah peserta terbanyak, yakni 425 siswa. Kegiatannya “Learning Camp” dan “Leadership Camp”.
Dalam Learning Camp, para peserta mendapat bimbingan belajar dan pelatihan untuk menghadapi tes masuk perguruan tinggi, yang ditunjang dengan pelatihan spiritual dan bela negara.
“Leadership Camp ini bisa dibilang fase terakhir pembinaan setelah mereka diberikan pelatihan soal, tip dan trik lulus PTN, dan sebagainya. Jadi, di sini kita tambahkan pelatihan soft skills, seperti leadership, public speaking, problem solving, diskusi kenegaraan, critical thinking, talk show, dan lainnya,” kata Erwin.
Erwin mengatakan, kegiatan ini dibuka untuk siswa dari seluruh Indonesia, meskipun jumlah pesertanya didominasi oleh pelajar asal Jawa Barat.
Salah satu peserta Learning and Leadership Camp MAI, Nadia (19 tahun), mengaku senang berkesempatan mengikuti kegiatan ini. Siswi asal Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur, itu pun tak mempermasalahkan ongkos yang mesti dikeluarkan untuk perjalanan ke Bandung.
“Kebetulan aku ke sini bayar sendiri dan aku tidak merasa rugi atau bagaimana. Karena, menurutku, jika kegiatan ini diuangkan juga tidak akan cukup. Karena materi yang diberikan, pemateri yang didatangkan, kebiasaan yang mereka bangun pada kami itu tidak bisa dibandingkan dengan uang,” ujar Nadia.
Menurut Nadia, seluruh program pelatihan yang diterimanya memiliki manfaat yang sangat besar, terutama dalam pembentukan dan pembangunan karakter.
“Semua programnya bermanfaat, khususnya di pembangunan karakter, karena itu kan seperti membentuk karakter kita lagi agar bisa menjadi orang yang bermanfaat di masa kini maupun depan,” kata siswi yang berkeinginan melanjutkan pendidikan di UIN Sunan Ampel Surabaya itu.