REJABAR.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Meski kasus antraks di Gunungkidul telah menjangkiti sebanyak 87 orang dan satu orang meninggal dunia, Pemkab Gunungkidul masih belum menerapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kepala Balai Besar Veteriner Wates Hendra Wibawa menjelaskan, bahwa pihaknya saat ini masih berupaya melakukan lokalisasi kasus antraks di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, di mana kasus ini mencuat.
"Sementara belum ya (KLB), karena bisa dilokalisasi di Jati dulu. Pasca ini hasil teman-teman survei ke lapangan langkah-langkah itu nanti kita selanjutnya seperti apa," ujar Hendra, Rabu (5/7/23).
Hendra menjelaskan, pihaknya akan melakukan pemetaan terlebih dahulu mengenai lokalisasi ini, apakah levelnya akan diperluas ke level kalurahan. Selain itu, mereka juga akan memastikan bahwa kasus antraks tidak menyebar di pasar hewan dengan menyetop lalu lintas ternak, mengingat penularan spora bakteri antraks ini cukup masif melalui luka dan konsumsi daging.
"Kita akan petakan, apakah levelnya kita akan lebarkan di level kalurahan atau apa itu nanti kita lihat dulu. Tapi untuk KLB sementara ini kita akan diskusikan dulu," tuturnya.
Berdasarkan hasil tes serologi yang dilakukan pada 143 orang, terdapat 87 warga Dusun Jati yang positif terpapar antraks. Sedangkan satu orang meninggal dunia di RS Sardjito. Hendra menjelaskan, sebanyak 87 orang tersebut termasuk zero positif, yang berarti pernah terpapar tapi tidak lagi menunjukkan gejala klinis.
Menurut Hendra, mereka telah memiliki kekebalan atau antibodi terhadap antraks. "Jadi zero positif bisa jadi kumannya tidak ada di situ tapi antibodinya ada. Dan cenderungnya kalau sudah zero positif itu bisa sembuh karena sudah ada kekebalan," jelasnya.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Gunungkidul Sidik Hery Sukoco menambahkan, bahwa warga yang tergolong zero positif masih dalam pemantauan dan inkubasi. Pihaknya juga akan kembali melakukan skrining kepada warga di Dusun Jati untuk memastikan tidak ada yang terjangkit antraks lagi.
"Kita harap semua warga bisa kita lakukan pemeriksaan serologi lagi, baik yang makan atau tidak untuk melihat faktor resiko," kata Sidik.
Tes tersebut akan dilakukan setelah hasil surveilans dan skrining yang akan dilakukan Dinas Kesehatan pada Jumat mendatang. Sementara itu, secara umum aktivitas warga berjalan dengan normal.
"Sudah kita lakukan profilaksis (antibiotik), kemudian untuk semua layanan kesehatan untuk kewaspadaannya apabila ada warga dengan keluhan dari warga Jati untuk ditanyakan riwayat konsumsinya,"ujarnya.