REJABAR.CO.ID, BOGOR — Pipa air Perumda Tirta Pakuan mengalami kebocoran di area jalur kereta api Bogor-Sukabumi wilayah Kelurahan Cipaku, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Kebocoran pipa itu mengganggu pasokan air ke rumah pelanggan Perumda Tirta Pakuan.
Direktur Utama Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor Rino Indira Gusniawan mengatakan, pipa yang bocor di Cipaku itu merupakan fasilitas penyaluran air untuk 5.000 sambungan rumah di wilayah Kelurahan Ranggamekar dan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan.
“Kejadian ini memang tidak diinginkan oleh kita. Jadi, ada satu kejadian yang membuat pipa kita pecah di bawah lintasan rel kereta api,” kata Rino, Rabu (19/7/2023).
Merespons hal itu, Perumda Tirta Pakuan lantas mematikan aliran air yang melalui pipa tersebut dan melakukan upaya perbaikan. “Sangat riskan kalau kita tidak mematikan air karena khawatir tanah itu akan turun dan ambles dan relnya ikut turun,” kata dia.
Meminimalisasi gangguan pasokan air ke rumah warga, Rino mengatakan, pihaknya melakukan upaya preventif dengan mengaktifkan Water Treatment Plant (WTP) Palasari.
“Memang tidak semua bisa dialiri karena kapasitasnya hanya setengah dari kapasitas biasa. Tapi, paling tidak daerah yang terdampak bisa berkurang,” kata Rino.
Rino mengatakan, Perumda Tirta Pakuan berupaya mempercepat upaya penanganan kebocoran. Untuk itu, kata dia, diputuskan pipa yang bocor diganti dengan yang baru, dengan estimasi pemasangan kurang lebih tiga hari.
Para pekerja bertugas 24 jam untuk mengebutnya. “Iya, teman-teman sepakat dikerjakan 24 jam pengerjaannya, sehingga lebih cepat dari waktu tiga hari tersebut. Insyaallah, nanti pipa ini bisa tersambung kita bisa segera mengalirkan air,” ujar Rino.
Dari hasil pengecekan, Rino mengatakan, saat ini sudah ada rumah warga yang mulai mendapat pasokan air. Namun, belum seperti biasanya. Ia menyampaikan permohonan maaf atas gangguan pasokan air ini.
“Ada yang sebagian sudah mengalir, tapi debitnya belum seperti biasa. Tekanan masih kecil karena kita menggunakan jalur alternatif. Kemudian pipa-pipa yang kosong masih harus diisi, jadi tekanannya belum maksimal. Teman-teman di lapangan masih mengontrol jalur untuk mempercepat proses normalisasi,” ujar Rino.