REJABAR.CO.ID, SUKABUMI -- Sebanyak 28 kecamatan di Kabupaten Sukabumi berpotensi mengalami dampak kekeringan akibat musim kemarau. Puluhan kecamatan tersebut tersebar merata, baik di selatan maupun utara Kabupaten Sukabumi.
''Dari 47 kecamatan, terdapat 28 kecamatan yang tersebar di wilayah Kabupaten Sukabumi berpotensi mengalami kekeringan maupun krisis air bersih pada musim kemarau,'' ujar Manager Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna kepada Republika.co.id, Rabu (2/8/2023).
Sebanyak 28 kecamatan yang berpotensi akan mengalami kekeringan maupun krisis air bersih pada musim kemarau itu, yakni Kecamatan Ciracap, Bantargadung, Ciemas, Cicurug, Cidahu, Cikakak, Cisolok, Gunungguruh, Gegerbitung, Parakansalak, Bojonggenteng, Parungkuda, Cibadak, Cikembar, Jampangkulon, Jampangtengah, Purabaya, dan Sagaranten.
Berikutnya kata Daeng, Kecamatan Cireunghas, Nagrak, Sukalarang, Cisaat, Palabuhanratu, Hongkong, Pabuaran, Waluran, Simpanan dan Kecamatan Warungkiara. Dari 28 yang berpotensi akan mengalami kekeringan tersebut ada satu kecamatan yang telah melaporkan dampak kekeringan.
''Kecamatan yang melaporkan kekeringan di Jampangtengah, tepatnya di Kampung Naringgul, Desa Jampangtengah, Kecamatan Jampangtengah, Sukabumi,'' kata Daeng.
Kondisi tersebut terjadi karena Sungai Cidahu yang berfungsi untuk mengairi lahan pertanian warga debit airnya telah menyusut. Penyebabnya, lanjut Daeng, karena seiring memasuki musim kemarau yang berlangsung dalam beberapa bulan terakhir.
Di wilayah itu dilaporkan, seluas 12 hektare lahan pertanian tanaman padi d Kampung Naringgul RT 01 RW 08, Desa Jampangtengah, Kecamatan Jampangtengah, terancam gagal panen. Kerugian akibat kekeringan itu ditaksir sekitar Rp 40 juta.
Daeng menerangkan, BPBD Kabupaten Sukabumi telah mengantisipasi dampak kekeringan yang meluas. Misalnya menginstruksikan seluruh Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) yang bertugas di setiap kecamatan yang tersebar di wilayah Kabupaten Sukabumi, untuk bersama-sama melakukan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat.
Terutama di wilayah yang berpotensi akan mengalami kekeringan. ''Warga diimbau bersikap bijak dan berhemat dalam menggunakan air saat musim kemarau, baik itu air tanah maupun air permukaan," katanya.
Menurut Daeng, kekeringan terjadi karena ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup baik untuk pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Khusus kekeringan di bidang pertanian karena kesulitan pengaairan untuk lahan pertanian yang ada tanaman padi, jagung, kedelai dan lain-lain.
Di sisi lain, Daeng mengatakan, BPBD juga menyarankan agar masyarakat melakukan pengelohan air limbah rumah tangga yang masih dapat digunakan kembali atau grey water seperti air cucian dapur dan baju, serta kamar mandi.
Masyarakat juga, lanjut Daeng, dapat menjaga kepadatan pepohonan di lingkungan sekitar untuk mengurangi penguapan udara. Intinya, menjaga lingkungan hidup agar tetap hijau dan lestari.