Senin 18 Sep 2023 14:02 WIB

Kantongi Dukungan Besar, tak Jamin Prabowo Menangi Pilpres

Prabowo secara akumulasi mengantongi dukungan suara kursi parlemen 45 persen.

Rep: Fauziah Mursid / Red: Agus Yulianto
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyambangi kediaman Prabowo Subianto untuk menyampaikan sikap dukungannya kepada Menteri Pertahanan (Menhan) itu, Ahad (17/9/2023).
Foto: Dok. Republika
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyambangi kediaman Prabowo Subianto untuk menyampaikan sikap dukungannya kepada Menteri Pertahanan (Menhan) itu, Ahad (17/9/2023).

REJABAR.CO.ID,  JAKARTA -- Dukungan besar yang dikantongi bakal calon presiden Prabowo Subianto tidak memberikan jaminan kemenangan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Hal ini karena Prabowo secara akumulasi mengantongi dukungan suara kursi parlemen 45 persen usai Partai Demokrat menetapkan dukungannya.

Pengamat dari lembaga Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, selain Partai Gerindra, Prabowo saat ini didukung Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Demokrat. Sedangkan kekuatan partai-partai pendukung bacapres Anies Baswedan sebesar 29 persen dengan formasi Partai Nasdem, PKS dan PKB dan Ganjar dengan koalisi PDIP dan PPP di angka 25 persen.

"Secara prinsip, dukungan Demokrat ke Prabowo di atas kertas tentu bisa menambah kekuatan dan daya juang Prabowo di Pilpres 2024 ya. Tapi satu hal banyaknya dukungan partai termasuk dukungan Demokrat  ke Prabowo tidak jamin apapun terkait dengan kemenangan," ujar Adi dalam keterangannya, Senin (18/9/2023).

Adi mengatakan, dalam sistem Pilpres secara langsung, konsep one man on vote menentukan dalam kemenangan calon. Karena itu, besarnya dukungan partai tidak menentukan tanpa diikuti suara para pemilih ke TPS.

"Di atas kertas memang seakan akan bisa menambah moral dan kekuatan politik Prabowo ya, Tapi itu tidak ada jaminan apapun untuk memenangkan pertarungan. Karena pilpres itu bukan kuat-kuatan banyak dukungan partai tapi kuat-kuatan sejauh mana meyakinkan orang perorang untuk datang ke TPS dan memilih," ujar Adi.

Adi mencontohkan koalisi besar di Pilpres 2014 lalu ketika Prabowo-Hatta didukung oleh banyak partai, tetapi justru dimenangkan oleh Jokowi-JK. Hal sama terjadi saat Susilo Bambang Yudhoyono-JK memenangi Pilpres pada 2004.

"Juga SBY 2004 dukungan partainya tidak terlampau banyak dan hanya diusung oleh partai-partai kecil tapi menang Pilpres," ujarnya.

Untuk itu, besarnya koalisi Prabowo saat ini juga harus diimbangi dengan kerja-kerja mesin politik tiap partai. Karena itu yang paling menentukan dalam pilpres itu adalah seberapa hebat dan seberapa kuat menyakinkan Pemilih datang ke TPS itu," ujar Adi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement