Andi menjelaskan, debit air 1.800 liter per detik itu disalurkan ke aliran Sungai Ciliwung lagi dan ke saluran irigasi Kali Baru. “Ke Sungai Ciliwung kita alirkan 200 liter untuk penyelamatan ekosistem, air baku, dan penggelontoran ke Ciliwung. Untuk irigasi penggelontoran dan air baku ke Kebun Raya dan Istana Bogor, itu dari Katulampa bertahan 1.600 liter,” kata dia.
Menurut Andi, surutnya debit air yang memasuki Bendung Katulampa diperkirakan karena belum turunnya hujan dengan intensitas tinggi di hulu Sungai Ciliwung atau kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Sementara hujan yang di turun di wilayah Kota Bogor atau kawasan bendung disebut tidak berpengaruh terhadap debit maupun TMA di Bendung Katulampa.
Andi berharap debit air di Bendung Katulampa tidak mencapai titik kritis, seperti yang terjadi delapan tahun lalu saat kondisi kemarau panjang. Kala itu, debit air disebut hanya sekitar 1.200 liter per detik.
“Kalau kekeringan berlanjut, dampaknya warga sekitar sumurnya kering, air baku Ciliwung dari Katulampa berkurang, dan mengalir ke saluran irigasi dan lain-lain ke bawah itu berkurang debitnya. PDAM juga terpengaruh. Makanya kita harapkan ada hujan di kawasan hulu atau Puncak,” ujar Andi.