REJABAR.CO.ID, TASIKMALAYA — Sabtu (28/10/2023) pagi, sejumlah santri putri tampak antusias memasuki greenhouse berukuran 45 kali 11 meter yang ada di halaman Pondok Pesantren Alam Tahfidz (PPAT) Hamalatul Quran. Para santri kelas VIII madrasah tsanawiyah itu mendapat tugas melakukan sanitasi lingkungan greenhouse, sebelum digunakan untuk menanam melon inthanon.
Kegiatan itu merupakan salah satu ekstrakurikuler di Hamalatul Quran, pondok pesantren yang ada di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Setiap Sabtu, para santri diminta melakukan aktivitas pertanian, yang merupakan ekstrakurikuler wajib.
Greenhouse merupakan salah satu sarana di Hamalatul Quran yang menjadi sarana para santri untuk belajar secara langsung aktivitas pertanian. “Kami diajarkan cara merawat melon, menyusun media tanam, dan lainnya,” kata Alma, salah satu santri yang bertugas melakukan sanitasi greenhouse pagi itu.
Santri asal Bandung itu sudah lebih dari satu tahun mondok di PPAT Hamalatul Quran. Santri bernama lengkap Quenesya Kharisma Almadira itu mengaku banyak mendapat pelajaran dan pengalaman baru selama di pesantren. Kegiatan yang ada disebut membuatnya lebih produktif.
Alma mencontohkan, melalui ekstrakurikuler pertanian, para santri jadi tahu cara menanam hingga alasan pentingnya sektor pertanian terus dikembangkan. “Itu bisa jadi life skills. Jadi, bisa melatih keterampilan,” kata santri putri berusia 13 tahun itu.
Pengelola greenhouse PPAT Hamalatul Quran, Gun Gun Nugraha, mengatakan, para santri memang selalu dilibatkan dalam proses budi daya melon inthanon yang dikembangkan pesantrennya. Pelibatan santri dilakukan mulai dari masa persiapan tanam, proses budi daya, dan bermacam proses lainnya. “Kebetulan tadi lagi sanitasi lahan, jadi para santri diminta untuk bersih-bersih. Tujuannya agar greenhouse steril dari hama penyakit,” kata dia.
Gun Gun menyebut budi daya melon inthanon berbeda dengan jenis melon pada umumnya. Melon inthanon disebut termasuk jenis premium, yang pemeliharaannya membutuhkan upaya ekstra, yaitu dengan menggunakan greenhouse yang dilapisi oleh insect net agar serangga tak bisa masuk ke dalam. Proses polinasi pun harus dilakukan secara manual, yang juga melibatkan tangan-tangan santri.
Tak hanya itu. Selama proses budi daya, yang membutuhkan waktu sekitar 75 hari, para santri secara rutin terlibat setiap pekannya. “Panen kami kemarin, dari sekitar 860 polybag, kami dapat sekitar lima-enam kuintal melon inthanon,” ujar Gun Gun.
Hasil panen itu dipasarkan melalui tiga cara. Salah satunya, pihak pesantren menggelar gebyar petik melon, dengan mengundang para pembeli datang langsung ke greenhouse untuk memetik langsung buah yang akan dibelinya.
Sisa hasil panen dari kegiatan itu akan dijual melalui sejumlah pameran atau agenda yang dilakukan di berbagai tempat. Selain itu, Hamalatul Quran memiliki offtaker tetap untuk hasil panen melon inthanon, yaitu Pesantren Al-Ittifaq di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Dukungan BI