Senin 30 Oct 2023 06:25 WIB

Budi Daya Melon Inthanon: Sarana Belajar Santri dan Upaya Pesantren Mandiri Ekonomi

Ada sejumlah pesantren di Jabar yang mengembangkan usaha sektor pertanian.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Irfan Fitrat
Pengunjung membeli melon inthanon yang dijual di stan Pondok Pesantren Alam Tahfidz (PPAT) Hamalatul Quran dalam kegiatan Pekan Kreasi Priangan Timur, Jumat (20/10/2023).
Foto:

Usaha budi daya melon inthanon juga dikembangkan di Pesantren Bustanul Ulum, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat. Pengurus greenhouse Pesantren Bustanul Ulum, Lutfi Nur Iklima, mengatakan, saat ini sudah ada dua greenhouse di pesantrennya. Produksi melon inthanon dari dua greenhouse itu disebut bisa mencapai lebih dari 1,5 ton dalam sekali panen.

Lutfi menjelaskan, satu unit greenhouse dengan kapasitas 1.000 polybag tanaman melon di Pesantren Bustanul Ulum merupakan bantuan dari BI yang diberikan pada 2021. Sementara satu unit lainnya merupakan hasil pengembangan pesantren menggunakan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR). “Karena sudah banyak permintaan pasar, kami tambah greenhouse,” kata Lutfi kepada Republika, Ahad (29/10/2023).

Menurut Lutfi, pasar melon inthanon yang diproduksi di Pesantren Bustanul Ulum saat ini tak hanya diberikan kepada offtaker, yaitu Pesantren Al-Ittifaq, Kabupaten Bandung. Pesantren Bustanul Ulum juga membuka upaya pemasaran sendiri, seperti menggelar kegiatan petik melon saat panen tiba. Selain itu, melon inthanon hasil panen juga dipasarkan secara daring.

“Melalui program budi daya melon ini tentu banyak manfaat bagi pesantren, terutama dalam mendukung kemandirian pesantren. Santri juga bisa langsung belajar untuk melakukan budi daya,” kata Lutfi.

Pengembangan budi daya melon inthanon yang didukung BI di wilayah Priangan Timur juga dilakukan di Quranic Science Boarding School (QSBS) Al-Kautsar 561. Di pesantren yang ada di wilayah Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, itu budi daya melon inthanon sudah berjalan beberapa tahun.

Pengelola greenhouse QSBS Al-Kautsar 561, Dudung, mengatakan, budi daya melon inthanon yang dilakukan di pesantrennya sudah mulai memasuki musim tanam yang ketujuh. Setiap musim tanam setidaknya terdapat 1.000 benih melon inthanon ditanam di greenhouse yang berada di lingkungan pesantren.

“Saat awal-awal itu masih dalam percobaan. Belakangan hasil panen sudah mulai bagus. Rata-rata hasil panen satu pohon itu satu kilogram atau sekitar satu ton untuk total keseluruhan,” kata Dudung kepada Republika, Ahad (29/10/2023).

 

photo
Budi daya melon inthanon di Quranic Science Boarding School (QSBS) Al-Kautsar 561, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. - (Dok QSBS Al-Kautsar 561.)

 

Hasil panen melon inthanon di QSBS Al-Kautsar itu biasanya dijual kepada orang tua santri. Beberapa kali pihak pesantren juga melakukan kegiatan petik melon inthanon langsung di greenhouse. “Malah dengan hasil panen yang ada kami juga masih kekurangan. Kami juga kadang masih ambil dari mitra yang lain,” ujar Dudung.

Seperti di Hamalatul Quran, budi daya melon inthanon di QSBS Al-Kautsar berawal dari bantuan BI Tasikmalaya. Kantor Perwakilan BI Tasikmalaya memberikan bantuan berupa greenhouse dan pendampingan kepada sejumlah santri untuk melakukan budi daya melon inthanon.

Saat ini, QSBS Al-Kautsar sudah dapat melakukan pengelolaan budi daya melon inthanon secara mandiri. Proses budi daya itu juga melibatkan para santri, sebagai sarana praktikum.

Dudung mengatakan, pihaknya saat ini tengah fokus untuk terus mengembangkan budi daya melon inthanon. Salah satu caranya dengan menambah greenhouse di lingkungan pesantren. “Kalau punya modal, kami ingin membuat greenhouse lagi. Karena, mengandalkan satu greenhouse itu, dengan waktu panen tiga bulan hingga empat bulan sekali, cukup lama. Kalau ada dua, kita bisa dua bulan sekali panen,” kata dia.

Apalagi, beberapa kali QSBS Al-Kautsar mendapatkan tawaran untuk melakukan ekspor melon inthanon. Namun, tawaran itu masih belum diterima lantaran hasil produksi melon inthanon belum terjaga ketersediaannya. 

Dudung meyakini usaha pertanian yang dikelola pesantrennya memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Bukan hanya budi daya melon inthanon, melainkan juga produk pertanian yang lain.

Saat ini, QSBS Al-Kautsar juga tengah mengembangkan wisata edukasi (eduwisata) berbasis pertanian dengan membuka lahan sekitar 2,5 hektare untuk ditanami durian dan jambu kristal. “Karena, tujuan akhir dari semua program ini adalah kemandirian pesantren. Jadi, kami ingin lebih banyak siswa di sini mendapat beasiswa dari hasil kemandirian itu,” kata Dudung.

Prospek ekonomi syariah

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement