REJABAR.CO.ID, KUNINGAN -- Puluhan hektare areal persawahan di Kabupaten Kuningan diserang hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT). Ratusan hektare lainnya pun terancam serangan OPT sehingga dibutuhkan upaya pengendaliannya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan, Wahyu Hidayah mengatakan, pada periode 1-15 April 2024, luas areal pertanaman padi di Kabupaten Kuningan mencapai 20.867 hektare. ‘’Umur tanaman padinya bervariasi, mulai dari satu hari setelah tanam (HST) sampai dengan panen. Dominan umur 20-100 HST,’’ ujar Wahyu, Jumat (26/4/2024).
Wahyu mengatakan, berdasarkan laporan POPT, serangan OPT tanaman padi utama yang ditemukan di Kabupaten Kuningan antara lain penggerek batang padi, dengan luas tambah serangan (LTS) tiga hektare kategori ringan, luas keadaan serangan 25 hektare kategori ringan, terdapat luas terancam/waspada 204 hektare dan luas pengendalian 31 hektare.
Selain itu, serangan tikus, dengan luas sisa serangan empat hektare. OPT lainnya adalah hawar daun bakteri, dengan LTS 11 hektare, luas serangannya 34 hektare kategori ringan, luas terancam/waspada 153 hektare dan luas pengendalian empat hektare.
Adapula hama blas, dengan LTS empat hektare kategori ringan, luas keadaan serangan 36 hektare kategori ringan, luas terancam/waspada 327 hektare dan luas pengendalian 32 hektare. ‘’Wereng coklat juga menjadi OPT yang harus diwaspadai, dengan LTS satu hektare, luas keadaan serangan satu hektare kategori ringan, luas terancam/waspada 44 hektare dan luas pengendalian satu hektare,’’ kata Wahyu.
Selanjutnya ada OPT tungro, dengan luas kedaan serangan lima hektare kategori ringan, luas terancam/ waspada 35 hektare dan luas pengendalian enam hektare.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan pun menggelar Gerakan Pengendalian (Gerdal) OPT di Desa Sangkanmulya, Kecamatan Cigandamekar. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya pengamanan produksi padi tahun 2024 di Kabupaten Kuningan.
‘’Kita berupaya semaksimal mungkin. Dan tentunya Gerdal OPT yang kita lakukan dengan menerapkan teknologi yang berpedoman pada prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Yaitu, budi daya tanaman sehat, pelestarian dan pendayagunaan musuh alami, pengamatan mingguan dan petani berkemampuan melaksanakan serta ahli PHT,’’ kata Wahyu.
Wahyu pun mengimbau kepada para petani untuk terus berupaya melakukan Gerdal OPT. Tanpa Gerdal OPT yang efektif, maka bisa menimbulkan penurunan produktivitas tanaman bahkan puso (gagal panen),’’ kata Wahyu.