REJABAR.CO.ID, BANDUNG----Rumah dinas Gubernur Jabar, Gedung Pakuan mulai sekarang dibuka untuk umum setiap weekend. Yakni, hari Sabtu dan Ahad. Pemerintah Provinsi Jawa Barat membuka gedung heritage ini untuk umum, karena ingin mengenalkan sejarah kepada warga.
"Kami ingin supaya masyarakat tahu bahwa itu gedung bersejarah. Kurang lebih seperti Gedung Sate. Jadi wisata edukasi sejarah," ujar Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin dalam keterangannya di Bandung, Ahad (5/5/2024).
Menurut Bey, Gedung Pakuan memiliki nilai edukasi sejarah tinggi yang belum banyak diketahui oleh warga. Bey juga memastikan bahwa masyarakat tidak dipungut biaya apapun untuk berkunjung ke Gedung Pakuan, dan di lokasi juga disediakan air minum gratis.
"Tidak dipungut biaya, kecuali beli minuman di sana ya bayar kalau ada yang jual. Tapi kalau air putih disediakan gratis," katanya.
Bey juga meminta masyarakat untuk tertib dan mengikuti arahan pemandu selama berkunjung ke Gedung Pakuan. "Nanti ada tour guide-nya. Ikuti saja dengan tertib," katanya.
Reservasi tiket Gedung Pakuan untuk umum dapat dilakukan melalui aplikasi Sapawarga yang tinggal diunduh. Setelah terunduh, masuk dan pilih menu Reservasi Kunjungan Gedung Pakuan di Sapawarga, dan isi Form Pemesanan reservasi kunjungan.
Kemudian, masyarakat akan mendapat undangan melalui Whatsapp, dan bisa berkunjung ke Gedung Pakuan sesuai jadwal dan sesi undangan. Reservasi tiket Gedung Pakuan berlangsung pada Rabu-Jumat. Masyarakat dapat memesan tiket H-3 kunjungan, dan maksimal memesan 5 tiket/akun.
Kuota kunjungan per sesi sebanyak 80 tiket. Ada dua sesi kunjungan Gedung Pakuan, yakni sesi pagi pukul 09:00-11:00 WIB, dan sesi siang pukul 13:00-15:00 WIB.
Diketahui, Gedung Pakuan dibangun di era kolonial tahun 1867 pada masa Gubernur Jenderal Ch. F. Pahud. Gedung yang digunakan sebagai rumah dinas Gubernur Jabar ini berlokasi di Jl Cicendo No. 1 Babakan Ciamis Kecamatan Sumur Bandung.
Gedung Pakuan juga pernah dijadikan tempat beristirahat tokoh-tokoh penting dunia sebagai delegasi Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955.