REJABAR.CO.ID, BANDUNG-- Kampus ITB buka suara terkait syarat keringanan uang kuliah tunggal (UKT) mahasiswa yaitu bekerja paruh waktu. Mereka menilai, bekerja paruh waktu disesuaikan dengan kondisi mahasiswa dan akan menambah portofolio mahasiswa.
Direktur Kemahasiswaan ITB Prasetyo Adhitama mengatakan postingan mahasiswa tersebut merupakan bentuk pertanyaan. Ia menuturkan keringanan UKT bagian dari sistem bantuan keuangan untuk mahasiswa ITB.
Ia mengatakan tujuannya menyinergikan seluruh resources dan program ITB yang selama ini sudah berjalan seperti beasiswa dan keringanan UKT, hibah/grant, program kerja paruh waktu, bantuan keuangan lain dan layanan pendukung lainnya.
"Tujuan utamanya sesuai dengan tujuan pendidikan ITB, mendidik mahasiswa yang berkarakter unggul dan memiliki daya juang, adaptif, memiliki integritas serta tetap rendah hati," ujar Prasetyo, saat dikonfirmasi, Rabu (25/9/2024).
Prasetyo mengatakan skema kerja akan disesuaikan dengan kualifikasi mahasiswa, kebutuhan fakultas dan sekolah di ITB. Beban mahasiswa, jadwal kuliah dan lainnya. "Bahkan mahasiswa penerima beasiswa bisa bekerja di unit-unit kegiatan mahasiswa (UKM) untuk membantu organisasi mahasiswa (ormawa) dalam menjalankan program-programnya," katanya.
Ia menyebut kebijakan bantuan keuangan ITB bertujuan bukan hanya menyalurkan dana. Akan tetapi mendorong dan mendidik mahasiswa untuk aktif membantu dalam kegiatan akademik atau penunjang akademik yang sangat penting untuk membangun karakter mahasiswa. "Artinya mahasiswa penerima bantuan juga akan berkontribusi dalam membangun atmosfir akademik di ITB, juga tentu ini akan menjadi bekal setelah lulus, akan menambah CV mereka," kata Prasetyo.
Mahasiswa ITB mengeluhkan salah satu syarat pengajuan keringanan uang kuliah tunggal (UKT) yaitu wajib bekerja paruh waktu. Mereka yang mengajukan keringanan UKT diberi pilihan untuk menjadi asisten praktikum atau mata kuliah, atau dengan penugasan lainnya seperti membantu kegiatan administratif atau membantu bimbingan akademik.
Keluhan tersebut disampaikan oleh salah satu akun di media sosial X yang diduga merupakan salah seorang mahasiswa ITB dan menjadi viral. Sontak, warganet mengkritik kebijakan tersebut yang dinilai mempekerjakan mahasiswa dan tidak berpihak.