Senin 30 Sep 2024 15:57 WIB

Soekarno di Antara Dewan Jenderal, DN Aidit, dan Pengkhianatan G30S/PKI Terhadap NKRI

Pertentangan PKI dengan ABRI semakin meruncing menjelang G30S/PKI.

Red: Karta Raharja Ucu
Sukarno dan Aidit dalam perayaan 45 tahun PKI di Stadion Istora Senayan.
Foto:

Militer Vs PKI

Sementara pertentangan antara kelompok militer (AD) dengan komunis makin meruncing. Terutama mengenai usul PKI untuk membentuk angkatan ke-5 dengan mempersenjatai buruh dan tani.

Selain itu, nasakomisasi di tubuh ABRI pun mendapat tentangan kuat, kecuali dukungan Menteri/KSAU Marsekal Omar Dhani. Pada Jumat 1 Oktober 1965, tidak seperti biasanya siaran RRI baru mengudara pukul 07.20 WIB dan memberitakan gerakan 30 September telah menyelamatkan Bung Karno dari kudeta Dewan Jenderal.

Saat itu ABRI rencananya menggelar jumpa pers menyambut HUT ABRI 5 Oktober di Panti Perwira, Jl Parapatan, Jakarta Pusat. Ketika saya datangi jumpa pers ini dibatalkan.

Dari Prapatan dengan berjalan kaki saya menyusuri Monas. Di sini dan di dekat Istana Merdeka saya melihat pasukan-pasukan telah siap sedia. Mobil-mobil militer bersenjata lengkap mondar-mandir.

Dari Monas saya ke Kodam V/Jaya yang kini menjadi bagian dari Masjid Istiqlal. Wakil Kepala Penerangan Kodam V/Jaya Kapten Sudewo yang saya temui tidak bersedia memberikan keterangan tentang apa yang terjadi kala itu.

Pukul 13.00 WIB setelah Shalat Jumat, puluhan wartawan dan karyawan bergerombol mendengarkan RRI yang menyiarkan pengumuman Dewan Revolusi G30S/PKI. Tak lama kemudian datang wartawan Xin Hua dari Cina yang bertugas di Jakarta.

Setelah pasukan Kostrad menguasai kembali Ibu Kota pada sore harinya, Peperda (Penguasa Perang Daerah) Jakarta segera mengeluarkan larangan terbit bagi surat kabar pada keesokan harinya, 2 Oktober 1965. Hanya larangan ini tak berlaku buat harian Angkatan Bersenjata milik ABRI.

Kantor berita Antara, yang waktu itu dikuasai kelompok kiri juga dilarang terbit. Baru boleh terbit kembali pada 10 Oktober 1965 dan ditempatkan di bawah pengawasan Peperda Jaya.

Menjelang terbit, seluruh wartawan Antara dikumpulkan oleh aparat militer. Nama-nama yang dianggap terlibat atau dinilai kekiri-kirian segera diamankan atau "diciduk", istilah kala itu.

Hampir 50 persen dari jumlah karyawan dan wartawan Antara yang ditahan. Padahal, banyak di antara mereka sebenarnya hanya ikut-ikutan saja.

Militer memberlakukan jam malam sehari setelah G30S/PKI....

sumber : Pusat Data Republika
Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement