REJABAR.CO.ID, KARAWANG -- Dinamika di tubuh Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Karawang tidak pernah sepi pasca-ditetapkannya H. Jaenal Arifin sebagai ketua PCNU Kabupaten Karawang masa khidmat 2022-2027 oleh PBNU. Semua warga Nahdliyini harus berkolaborasi untuk mewujudkan cita-cita organisasi.
Polarisasi di tubuh PCNU Karawang terjadi setelah konferensi cabang (Konfercab) Maret 2022 lalu di Pondok Pesantren Attarbiyah Telagasari yang menetapkan KH Ahmad Ruhyat Hasby sebagai ketua tanfidziyah dan KH Nandang Qusaeri sebagai rois syuriah. Dinilai ada aturan yang dilanggar, hasil konfercab ini tidak diakui oleh PBNU kemudian PBNU membentuk tim kareteker dan membuat konfercab ulang yang di selenggarakan di Pondok Pesantren Ashidiqiyyah Karawang November 2022.
Di konfercab ulang ini ditetapkan H. Jaenal Aripin sebagai ketua tanfidziyah dan KH Zubair Wasith sebagai rois syuriah. Dua pasangan ini pun dilantik, 15 Maret 2023 lalu. Setelah tidak mendapatkan surat keputusan (SK) dari PBNU, kemudian kubu KH Ahmad Ruhyat Hasby membuat barisan dengan membentuk organisasi Jama'ah Nahdlatul Ulama (JNU) Karawang yang mengusung jargon "NU kultural, NU untuk semua".
Melihat adanya polarisasi di tubuh NU Karawang, membuat kader NU yang juga anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Ihsanudin prihatin. Menurutnya, sesama Nahdliyin harus berkolaborasi tanpa mempertentangkan antara kultural dan struktural.
"Yang paling penting itu berkhidmat untuk NU dan umat, terlepas dari struktural maupun kultural. Jadi tidak perlu mempertentangkan antarkeduanya. Sudah sepatutnya sesama Nahdliyin saling berkolaborasi untuk menegaskan syiar Islam rahmatan lil'alamin di Karawang-Jawa Barat ini agar rakyatnya semakin humanis, toleran, sejahtera dan maju," katanya.
Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Partai Gerindra ini menegaskan, banyak hal-hal penting yang mesti dikerjakan bersama. Semua warga NU di Kabupaten Karawang harus bersatu membesarkan organisasi, apalagi di depan ada agenda besar nasional pemilu, di mana NU memiliki posisi strategis.
"Soal pilihan politik, 'kan ada beberapa kader NU yang berencana maju sebagai bakal calon DPRD Karawang, seperti: Ratih Siti Puspita, alumni PB PMII (Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Indonesia) yang juga mantan Pengurus Lembaga Pendidikan Ma'arif PBNU, muncul juga nama aktivis muda NU, Nugraha Gugun Gumelar, Taman, dan mantan kandidat Wakil Bupati Karawang Yusni Rinzani," terangnya.
Anggota dewan yang dikenal pro rakyat ini menilai, kehadiran figur-figur ini sebagai jalan tengah pilihan politik warga NU Karawang. "Memilih mereka adalah jalan tengah, yang menghidupkan semangat kultural Nahdliyin tetapi juga tidak anti struktural PCNU Karawang yang baru saja dilantik. Karenanya dengan tidak mengurangi rasa hormat dan ta'dzim kami kepada para ulama, tokoh, dan pengurus NU (baik struktural atau pun kultural) agar tetap menjadi tauladan yang baik bagi sesama. Sebab NU hadir untuk agama, bangsa dan negara," pungkasnya.