REJABAR.CO.ID, BANDUNG -- Problematika pengoptimalan fungsi trotoar di Kota Bandung, masih belum usai. Terutama untuk mewujudkan trotoar ramah disabilitas.
Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, saat ini, Pemkot Bandung masih fokus pada pemeliharaan rutin yang mencangkup pembersihan dan pengawasan. Dia mengakui, hingga saat ini, masih banyak trotoar yang digunakan untuk kegiatan yang tidak semestinya.
"Parkir liar masih sering ada di Jalan Riau, Jalan Taman Sari, Jalan Braga, Jalan Peta, jalan lain juga cukup banyak, tapi lapak PKL yang paling dominan," kata Ema saat mengawasi kegiatan pemeliharaan trotoar rutin di Jalan LLRE Martadinata (Riau) Kota Bandung, Rabu (31/5/2023).
Dia secara tegas meminta, para PKL untuk tidak mengedepankan egoisme dengan merebut hak publik khususnya para pejalan kaki dan pengguna trotoar. Dia juga menginstruksikan agar para pelaku usaha informal ini tidak menyalahgunakan fasilitas publik dan mampu mematuhi aturan yang berlaku.
Selain meminta OPD terkait seperti Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), Dinas Kebakaran dan Penanganan Bencana (Diskar PB), Satpol PP, dan Dinas Pehubungan (Dishub), yang tergabung dalam Satgas Trotoar, Ema juga meminta, aparat kewilayahan untuk turut aktif memastikan kesesuaian fungsi fasilitas publik termasuk trotoar.
Ema bahkan meminta, para camat untuk lebih banyak bekerja di lapangan baik untuk melakukan pemeriksaan, pengawasan, ataupun penindakan. "Camat harus 75 persen di lapangan karena tugasnya segala rupa makanya saya akan rubah variabel indikator penilaian kinerja, jangan sifatnya administratif saja tapi juga yang menyangkut sarana prasarana, ketertiban, penanganan masalah sosial seperti ODF, stunting, juga pengawasan trotoar, itu yang akan kita jadi penilaian," kata Ema.
Kepala DSDABM Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan, untuk memaksimalkan fungsi trotoar, akan ada relokasi bollard (patok pengaman di trotoar) dan blumbak (kotak untuk bagian pangkal pohon) yang dirasa kurang tepat atau menyulitkan akses bagi pejalan kaki maupun kelompok disabilitas. Untuk saat ini, relokasi akan lebih dulu dilaksanakan di Jalan Riau (LLRE Martadinata) sebelum beralih ke jalan-jalan lain, sambung Didi.
"Itu akan kita tata ulang karena disitu banyak sekali yang mepet padahal disana sudah ada pohon-pohon jadi terlalu sempit. Jadi nanti blumbaknya kita geser. Sekarang kita fokus di Jalan Riau dulu, jadi nanti kalau disini sudah beres baru beralih ke jalan lain," katanya.
Didi mengaku, untuk anggaran pembenahan trotoar tahun ini sangat terbatas, sehingga upaya yang bisa dilakukan hanya seputar pemeliharaan rutin. Namun, ke depannya akan ada pengajuan anggaran baru untuk pembenahan trotoar.
"Untuk tahun ini karena anggarannya kecil, sifatnya lebih ke pemeliharaan rutin saja, kalau tahun depan kemungkinan ada pengajuan anggaran baru untuk trotoar mudahmudahan ada anggaran tambahan untuk perbaikan trotoar, usulan sudah dimasukkan," katanya.
Sejauh ini, lokasi-lakasi yang sudah ditetapkan antara lain pemeliharaan trotoar di empat taman, yakni Taman Kandaga Puspa, Taman Lansia, Pet Park, dan Taman Tegallega. Dalam proyek revitalisasi ini, Didi menjamin, bahwa seluruh trotoar yang akan dibangun akan memenuhi aspek kemudahan aksesibilitas bagi kelompok inklusi, termasuk trotoar-trotoar baru yang sudah eksisting saat ini.
Namun saat ditanya lebih lanjut, Didi menolak memberikan detail nominal anggaran yang diajukan. "Kalau trotoar baru kebanyakan sudah mumpuni (ramah disabilitas) semua, kita kan bangun dari rel kereta Kosambi sampai Sidolig ya, kalau saya lihat itu sudah nyaman digunakan oleh disabilitas, yang baru-baru sudah relatif aman. Sekarang yang sedang dibangun itu dari Jalan Jakarta sampai Jalan Bogor itu juga kita akan pastikan aman disabilitas," ucapnya.