REJABAR.CO.ID, BANDUNG -- Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), anggaran pendidikan harus dikelola dan dimaksimalkan sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan daya saing. Salah satunya melalui dana abadi pendidikan sebesar Rp 139 triliun yang terakumulasi sejak 2010-2023.
Dana abadi tersebut, dikelola untuk menjawab tantangan masa depan dalam bentuk pendanaan riset dan pemberian beasiswa pendidikan LPDP yang hingga saat ini sudah membantu 45.496 masyarakat Indonesia mendapatkan gelar pendidikan.
Menurut Ketua Apindo Jawa Barat Ning Wahyu Astutik, dana abadi tersebut seharusnya juga menjawab tantangan kebutuhan riil pengusaha saat ini. Ia mencontohkan, investor - investor saat ini membutuhkan ready to use tenaga kerja. Jadi, tidak hanya lulusan SMA atau SMK, tetapi lulusan SMA dan SMK plus keterampilan tertentu, bahkan termasuk soft skill.
"Untuk menjawab tantangan kualitas SDM, Apindo Jabar telah menandatangani MoU dengan berbagai kampus, melalui program Pengusaha Mengajar yang bertujuan memberikan pemahaman kepada kampus terkait kebutuhan dunia usaha serta mengajarkan mahasiswa untuk memiliki karakter pengusaha," ujar Ning, usai Rapat Kerja dan Konsultasi Provinsi (RAKERKONPROV) ke-23, Halal Bi Halal dan juga Investor Daily Roundtable (IDR) akhir pekan ini.
Selain itu, kata dia, melalui program UMKM Merdeka yang merupakan program pendampingan UMKM oleh mahasiswa yang dimentori oleh Apindo. Ning berharap, program ini mampu menumbuhkan minat berwirausaha mahasiswa sehingga mampu menciptakan lapangan kerja baru dan menjadi solusi ketenagakerjaan di Jabar.
Apindo Jabar juga, kata dia, akan turut berperan dalam menjaga kondusivitas dunia usaha di Jabar yang merupakan provinsi yang berkontribusi besar terhadap ekonomi nasional dengan nilai Investasi tertinggi sebesar 14,84 persen dari nasional, jumlah kawasan industri terbanyak dengan 51 kawasan industri, kontribusi PDB Jabar di peringkat ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur, yang mencapai 12,56 persen dari nasional di mana sektor manufaktur Jabar tertinggi yang mencapai 28,18 persen dari nasional, ekspor Jabar yang menyumbang 14,15 persen dari nasional, dan juga Jumlah penduduk Jabar tertinggi di Indonesia, mencapai 17,86 persen dari total nasional.
Meskipun menjadi provinsi dengan realiasi investasi tertinggi enam tahun berturut-turut, kata dia Jabar menghadapi tantangan berupa jumlah pengangguran tertinggi yang mencapai 1,8 juta jiwa atau 24 persen dari nasional. "Hal ini menjadi tantangan bersama yang harus diselesaikan," katanya.
Jabar juga, kata dia, mengalami pergeseran investasi yang mulanya padat karya menjadi padat modal di mana pada 2016 penyerapan tenaga kerja per Rp 1 Triliun investasi sebesar 3.497 orang. Namun pada 2023 hanya mencapai 1.203 orang. "Transformasi kebutuhan tenaga kerja menjadi tantangan bersama dan perlu adanya peningkatan kualitas SDM untuk menciptakan daya saing, yang mana hal tersebut dapat dicapai dengan adanya kolaborasi antara dunia usaha dengan pemerintah," katanya.