Ahad 09 Jun 2024 09:05 WIB

Ajarkan Siswa SD Bahasa Inggris, Guru Harus Tinggalkan Cara Kuno Pakai Metode Shared Book

Shared Reading terbukti berhasil bagi anak keluarga kelompok sosial rendah

Red: Arie Lukihardianti
Pakar Literasi UPI Prof Drs Herli Salim, MEd PhD
Foto: Dok Republika
Pakar Literasi UPI Prof Drs Herli Salim, MEd PhD

REJABAR.CO.ID,  BANDUNG---Menguasai bahasa Inggris saat ini menjadi keharusan sebagai bahasa internasional. Namun, kurangnya pemahaman bahasa Inggris pada siswa sekolah dasar sering membuat orang tua merasa khawatir.

Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia pada bidang ilmu pendidikan literasi, Prof Drs Herli Salim, MEd PhD pun, memiliki solusi bagaimana agar siswa SD bisa lebih cepat menguasai bahasa Inggris.

Baca Juga

Prof Heli menilai, salah satu intervensi yang telah terbukti mendukung perkembangan bahasa awal anak-anak adalah Shared Reading. Beberapa penelitian membuktikan keterkaitan opsi strategi Shared Reading terbukti berhasil bagi anak di keluarga kelompok sosial rendah dan menengah Pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar.

"Jari sudah seharusnya shared reading ini digelorakan. Yakni, dengan menerapkan pembelajaran yang kontekstual karena bahasa merupakan produk budaya yang tidak bisa lepas dari konteks pengguna dan penggunaanya," ujar Prof Heli yang mengangkat tema tentang Penggunaan Strategi Shared Book Reading untuk Mengoptimalkan Pemerolehan Bahasa Anak di SD Kelas Rendah saat pengukuhan guru besar, belum lama ini.

Namun, kata dia, guru Sekolah Dasar di Indonesia saat ini masih mengajar bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan yang cara tradisional. Padahal, Shared Book Reading ini sebagai solusi alternatif pembelajaran bahasa asing secara sederhana.

"Shared Book Reading adalah strategi membaca bacaan untuk anak-anak. Dalam strategi ini, orang tua memilih buku yang mungkin disukai anak-anak dan mempersiapkan bacaannya," katanya.

Shared Book Reading di kelas dapat, kata dia, bisa dipraktikan seperti halnya dalam keluarga. Dalam Shared Reading guru harus menjaga kecepatan yang sesuai untuk anak-anak dan mengamati apakah semua anak dapat mengikuti cerita yang dibacakan. 

"Di sebagian besar negara di Eropa, pembelajaran bahasa asing dengan cara ini telah diperkenalkan di tingkat dasar dan ada tren baru-baru ini yang bahkan lebih rendah lagi dan dimulai dengan pembelajaran bahasa asing di tingkat pra-sekolah dasar," katanya.

Shared Reading ini, kata dia, memiliki potensi motivasi yang sangat besar, anak-anak dapat membaca dan memahami teks yang mungkin tidak dapat mereka maknai sendiri. 

Bentuk Kegiatan Shared Reading di Kelas, dimulai dengan tahap pra-membaca dimana seorang guru dapat memperkenalkan buku untuk memunculkan ketertarikan anak-anak tentang cerita tersebut. 

Selain itu, pada tahap ini guru dapat mengajarkan beberapa leksis kunci dan menarik perhatian siswa pada ide pokok cerita. "Diharapkan pada kegiatan pra-membaca, guru dapat memotivasi peserta didik untuk mendengarkan cerita yang diberikan," katanya.

Selama Shared Reading, kata dia, siswa fokus pada gambar dan teks untuk membuat prediksi dan  menghasilkan makna. Sebagian besar Shared Reading dimulai dengan sebuah 'jalan gambar' di mana guru membimbing siswa melalui preview dari isi cerita, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh kata dan frasa yang digunakan dalam teks. 

Buku, kata dia, kemudian dibacakan kepada siswa dan prediksi dicocokan dengan isi teks cerita. Buku yang sama kemudian ditinjau kembali dalam beberapa hari. Pemahaman lanjutan dari cerita muncul melalui pertanyaan dan diskusi dari setiap cerita (pilihan kata penulis dan gambar ilustrator), memerankan cerita, membuat wayang dan papan cerita, mengkaji unsur-unsur cerita (latar, tokoh, masalah, solusi), dan memasukkan gambar peristiwa dalam cerita secara berurutan.

Setelah siswa terbiasa dengan cerita, kata dia, guru dapat juga memberikan penekanan lebih pada teks. Guru menandai huruf-huruf tertentu dan melanjutkan mencari kata-kata pendek yang tinggi frekuensi munculnya seperti I, the, to, dan lainya. Guru juga bisa mulai bermain dengan suara. 

Siswa, kata dia, dapat diminta mendengarkan cerita dengan cermat dan diminta untuk mengumpulkan semua kata yang mereka dengar atau kata-kata yang dimulai dengan suara tertentu. 

"Beberapa bukti menunjukkan bahwa melalui Shared Reading anak usia Sekolah Dasar mengalami peningkatan percaya diri dalam mengekspresikan sesuatu, membagikan ide dan konversi bahasa serta bentuk pemerolehan bahasan lainya jika diimplementasikan secara berkala," katanya. 

Penerapan strategi Shared Book Reading ini, kata dia, salah satunya menggunakan media Big Book. Big Book adalah buku cerita yang memiliki ukuran yang besar (biasanya ukuran A3 atau A4) dan memiliki gambar-gambar dan warna-warna yang menarik. 

Selain itu, kata dia, tulisan pada buku ini juga diperbesar agar anak lebih jelas melihat teks yang tertulis pada buku ini. Selain ukuranya yang besar, Big Book memilki karakter khusus seperti ada irama sehingga dapat dinyanyikan, berwarna, terdapat pengulangan teks dan memiliki konten predictable text (dimana plot cerita bisa tebak). 

Big Book, kata dia, selain akan memudahkan dalam proses membaca interaktif dengan pasangan atau kelompok, ukurannya yang besar memudahkan visualisasi cerita dan keterbacaan huruf pada anak. Anak akan terangsang untuk lebih aktif terlibat dalam interaksi karena dapat melihat gambar dengan jelas untuk membantu tahap pemikiran simbolis serta memiliki keterbacaan yang baik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement