Hal itu diamini oleh guru olah raga tersebut. Ia mengaku menunggu di kolam renang dan tidak melakukan pungutan secara kolektif kepada siapapun. “Cuma emang meureun (mungkin) salah pengertian, mungkin Pak. Jadi abdi nyuhunkeun dihampura (saya minta maaf),” kata guru olah raga tersebut.
Guru olah raga itupun mengklarifikasi bahwa narasi yang beredar di media sosial mengenai alasan praktek belajar renang di lapangan karena adanya protes dari orang tua, bukan bersumber darinya. Untuk itu, Dedi kembali mengingatkan agar guru tidak perlu mengkolektifkan pembayaran praktek renang. Hal tersebut untuk menghindari kecurigaan dan prasangka buruk terhadap guru.
“Saya sih orang yang sangat spirit terhadap dunia pendidikan, ingin mengarahkan pendidikan ini lebih baik, ingin guru tidak menjadi objek tuduhan orang tua siswa, tidak menjadi objek tuduhan wartawan, tuduhan LSM, biar gurunya pada tenang mengajarnya,” kata Dedi.
Dedi pun menyarankan agar guru melakukan metode yang lebih kreatif dalam mengajarkan olah raga kepada siswa. Dia menyatakan, pelajaran olah raga dimaknai untuk membentuk karakter siswa yang sehat dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.