Selasa 20 May 2025 22:03 WIB

Soal Program Barak Militer, Kak Seto: Kita Dengar Suara Anak-anak

Kak Seto, melihat program ini mengajarkan kewajiban anak menghormati guru, orang tua

Red: Arie Lukihardianti
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi
Foto: Dok Republika
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi

REJABAR.CO.ID,  BANDUNG--Program barak militer siswa bermasalah yang dibuat Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, masih menui polemik. Salah satu pihak yang memberikan kritikan adalah Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menemukan beberapa temuan terhadap program ini. Salah satunya, mengenai 6,7 persen siswa tak tahu alasan mereka ikut program barak militer.

Menanggapi hal ini, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi, terkait kritik Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap program tersebut, setiap masukan dan kritik harus bisa diterima oleh Pemprov Jawa Barat. Namun, ia menilai program ini juga banyak hal positifnya.

Baca Juga

"Karena ini semua untuk kepentingan terbaik bagi anak agar mereka dapat tumbuh dan kembang optimal. Satu sisi ada hak untuk tumbuh dan berkembang, sisi lain ada hak dilindungi dari kemungkinan kekerasan, pemaksaan, eksploitasi dan sebagainya," ujar Seto yang akrab disapa Kak Seto saat hadir dalam Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) tingkat Jabar di Bandung, Selasa (20/5/2025).

Terkait apakah program ini bisa diaplikasikan di daerah lain di luar Jabar, menurut Kak Seto, hasil dari program ini harus terus dilihat. Ia juga menilai suara anak-anak para peserta yang menilai program ini positif harus jadi acuan.

"Kita lihat hasilnya nanti. Kita dengar suara anak-anak sebagian besar menyatakan positif dan setuju. Ayo jangan segan-segan untuk dipraktikan di berbagai tempat," katanya.

Kak Seto menilai program pendidikan berkarakter Panca Waluya yang dibesut Gubernur Jabar Dedi Mulyadi bisa dipraktikan di daerah lain.

"Sangat bagus dan mari kita tanya kepada anak. Salah satu hak anak, didengar pendapatnya.Kalau ini baik untuk mereka, silakan, karena ada unsur hak anak tapi ada juga unsur kewajiban anak," katanya.

Dari hasil pantauannya di lokasi pendidikan, menurut Kak Seto, program tersebut juga mengajarkan kewajiban anak menghormati guru dan orang tua jauh dari unsur militerisme seperti yang dikritik banyak pihak. "Artinya dipadukan dengan unsur bermain, yel-yel. Positif. Artinya anak betul-betul menunjukkan. Ada beberapa anak sujud pada ibunya. Ini prestasi," katanya.

Kak Seto menilai, program pendidikan karakter Panca Waluya yang diinisiasi Gubernur Jabar Dedi Mulyadi merupakan solusi non formal guna melengkapi pendidikan di sekolah dan rumah. "Sekali lagi, ini salah satu cara pendidikan nonformal untuk melengkapi pendidikan formal dan informal dalam keluarga. Seperti idenya Bang Pramono, oke ke gelanggang olahraga, gedung kesenian dan sebagainya.Itu kan melengkapi, bukan hanya iptek tapi ada etika, estetika, kesehatan, nasionalisme," paparnya.

Menurutnya penanganan anak jika tidak hati-hati akan memberikan dampak negatif. Kak Seto menilai usia anak yang kreatif dan penuh dinamika urusan emosional jika tidak didukung lingkungan yang positif maka anak akan terseret dalam aktifitas kriminal seperti narkoba hingga tawuran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement