Sementara itu, salah satu korban, Dewi, mengaku mengalami kerugian Rp 20 juta. Ia pun mengaku sangat geram kepada pelaku yang selalu bersikap kasar setiap kali ditagih oleh para korban.
“Kalau ditagih, pelaku selalu kasar sama korban, bahkan sumpah serapah dan nantangin gak takut ditangkap polisi,” ucapnya dengan nada geram.
Dewi menyatakan, ia dan korban lainnya tidak mau damai dalam kasus itu kecuali pelaku mau mengembalikan semua uang korban. Selain itu, pengembalian uang pun harus dilakukan secara tunai dan bukan dengan dicicil.
"Kami tidak mau damai kalau pelaku tidak mau membayar. Kami juga tidak mau pelaku mencicil pengembalian uang karena kami kan saat menyerahkan uang tidak mencicil. Contoh saya ngasih Rp 20 juta ke dia, terus dia maunya (mengembalikan) dicicil Rp 100 ribu, Rp 200 ribu, ya saya gak mau. Saya kan ngasihnya Rp 20 juta,”jelas dia.
Korban lainnya, Fitriani, mengaku awalnya tertarik dengan tawaran yang dibuat oleh pelaku melalui status WhatsApp pada 19 Feburari 2024. Ia kemudian mentransfer uang sebesar Rp 10 juta kepada pelaku. Saat itu, pelaku berjanji akan mengembalikan uang pokok beserta keuntungannya sebesar 20 persen pada 19 Maret 2024.“Tapi pelaku tidak menepati janjinya," kata dia.
