REJABAR.CO.ID, BANDUNG----Serangan siber ransomware membidik Pusat Data Nasional (PDN) yang berimbas pada data yang ada di kementerian dan lembaga pemerintah. Namun di Provinsi Jawa Barat (Jabar), serangan ransomware itu tidak berimbas karena memiliki tim khusus.
Menurut Kepala Diskominfo Jabar Ika Mardiah, tim khusus tersebut dibentuk Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Jabar dengan nama Computer Security Incident Response Team (CSIRT). Tim ini punya tugas berat menjaga data center (DC) Pemprov Jabar dan menangkal ribuan serangan siber yang kerap muncul.
Pembentukan CSIRT juga didasari Keputusan Gubernur pada 26 Mei 2020 Nomor 048.05/Kep.280Diskominfo/2020 tentang Tim Tanggap Insiden Keamanan Komputer Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Menurutnya, CSIRT dibentuk untuk menjaga kelangsungan layanan dengan melindungi data dan informasi yang tersimpan. Tim CSIRT ini, bekerja nonstop 24 jam selama 7 hari untuk menjaga data Pemprov Jabar.
"Kerjanya 24 jam dan ditingkatkan saat libur, karena serangan itu biasanya di hari libur, dini hari, karena hacker biasanya mencari waktu lengah," ujar Ika kepada wartawan, Selasa (2/7/2024).
Menurut Ika, tim CSIRT berada di bawah naungan Diskominfo. Namun, pihaknya juga menempatkan agen-agen CSIRT di seluruh dinas di Jabar. Tujuannya, agar seluruh data dinas lain bisa ikut termonitor keamanannya.
"Bagi kami tim intinya ada di Dinas Kominfo, di dalamnya melibatkan bidang-bidang. Tapi kami punya agen CSIRT di perangkat daerah. Tugasnya yaitu memantau setiap lalu lintas trafik di pusat data, apabila ada yang mencurigakan harus dilakukan penanganan. Itu untuk memitigasi serangan," paparnya.
Tim CSIRT sendiri, kata dia, terbagi dalam beberapa bidang mulai dari tim penanggulangan dan pemulihan insiden, tim penanganan insiden bidang infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, tim penanganan insiden bidang aplikasi informatika hingga agen penanganan insiden perangkat daerah.
Saat menjalankan tugasnya, kata dia, tim CSIRT ini rajin menyangkal serangan-serangan siber yang masuk ke data center Jabar. Menurutnya, ada ratusan hingga ribuan serangan siber tiap hari yang masuk. Serangan itu kata dia berasal dari berbagai negara di dunia.
"Ya tiap hari ada, selalu ada dan dari berbagai negara kita identifikasi dari IP nya itu terlihat di pusat data Jabar. Ancaman itu bisa perdetik, misalnya ke web jabarprov, itu hitungan detik sekian ribu yang mengakses itu sudah gak normal," katanya.
Pemprov Jabar pun, kata dia, menyiapkan backup data manakala terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Back up data ini selain untuk mengantisipasi serangan siber, juga sebagai mitigasi jika terjadi bencana. Selain itu,ada istilah disaster recovery center (DRC) untuk backup. "Jadi setiap pusat data ada DRC, selain menanggulangi serangan virus, juga untuk mengantisipasi bencana banjir, gempa atau aliran listrik yang putus," kata Ika.