REJABAR.CO.ID, BANDUNG--Perusahaan teknologi pertahanan asal Turki, Havelsan mengunjungi fasilitas PTDI di Bandung. Kunjungan ini merupakan bagian dari tindak lanjut kerja sama yang telah disepakati sebelumnya antara kedua Perusahaan, yang berfokus pada pengembangan Full Flight Simulator. Serta kesiapan kedua pihak dalam pemenuhan kebutuhan RI terhadap pesawat Airborne Warning & Control System (AWACS).
Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan didampingi Direksi dan Manajemen langsung menerima kunjungan dari Havelsan.
PT DI pun memperkenalkan beberapa produk simulator unggulannya pada CEO Havelsan, Mehmet Akif Nacar dan delegasinya. Di antaranya N219 Cockpit Demonstrator dan N219 Engineering Full Flight Simulator. Kedua produk ini merepresentasikan kapabilitas PTDI dalam pengembangan teknologi simulasi penerbangan yang canggih, yang juga menjadi dasar penting dalam kerja sama yang sedang berlangsung dengan Havelsan.
PTDI, memiliki kemampuan dan pengalaman di bidang pengembangan simulator penerbangan, khususnya untuk pesawat yang diproduksi, seperti CN235-220 dan N219. PTDI memiliki dokumen dan data teknis yang lengkap yang menjadi komponen penting dalam desain Flight Simulator. Dengan akses penuh terhadap technical data package yang diperlukan, PTDI mampu memastikan akurasi dan realisme tinggi dalam simulator yang dikembangkan.
CEO Havelsan, Mehmet Akif Nacar mengatakan keyakinan yang kuat terhadap kemampuan PTDI dalam pengembangan simulasi penerbangan, khususnya untuk program Full Flight Simulator. Menurutnya, PTDI memiliki fondasi yang kuat berkat pengalamannya dalam mengembangkan pesawat CN235-220 dan simulasi pelatihan, serta rekayasa. “Hal ini memberikan dasar yang solid untuk pengembangan bersama simulator misi penuh dengan menggunakan data package yang disediakan oleh PTDI,” ujar Mehmet Akif Nacar, Rabu (28/8/2024).
Havelsan, dengan pengalamannya dalam generasi gambar dan sistem visual yang canggih, akan berkontribusi untuk meningkatkan fitur simulator dan menghadirkan simulasi berkualitas tinggi yang dapat digunakan untuk kebutuhan internasional. Dengan kemampuan dan infrastruktur yang dimiliki PTDI, Havelsan percaya dapat bersama-sama mengembangkan sistem simulator yang unggul dan bersertifikasi level D untuk mendukung kebutuhan pertahanan Indonesia dan untuk negara lain juga.
Mengenai pengalaman Havelsan dalam proyek pesawat AWACS di Turki, Mehmet Akif Nacar menjelaskan bahwa proyek ini dimulai pada akhir 1990-an, dengan Havelsan berperan sebagai penyedia utama untuk segmen darat dan udara dari perangkat lunak misi dan integrasi. Havelsan mengembangkan 90% dari perangkat lunak yang digunakan dalam sistem AWACS Turki, dimana Havelsan terus melakukan pembaharuan dan modernisasi untuk meningkatkan sistem yang ada bersama beberapa mitranya di Turki.
Mehmet Akif Nacar mengatakan, rencana untuk memperluas kerja sama dengan PTDI dengan mengembangkan proyek AWACS Indonesia. Havelsan berencana untuk memanfaatkan know-how dan pengalaman mereka dalam program AWACS dan menggabungkannya dengan kebutuhan Pemerintah RI untuk menciptakan sistem AWACS yang lebih kuat. “Ini akan melibatkan pembentukan tim kolaborasi atau program bersama, dimana PTDI akan berperan sebagai main contractor di Indonesia,” kata Mehmet Akif Nacar.
Havelsan percaya bahwa kombinasi kemampuan dan persiapan mereka akan memungkinkan mereka untuk memanfaatkan peluang di Indonesia dan mewujudkan proyek AWACS yang sukses.
Menurut Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan, kunjungan CEO Havelsan ke PTDI menandai langkah awal yang penting dalam mewujudkan rencana ini dan menunjukkan komitmen kedua perusahaan untuk bersama-sama mengembangkan teknologi pertahanan canggih yang akan memberikan manfaat signifikan bagi industri penerbangan dan pertahanan Indonesia. "Kerja sama strategis dengan Havelsan merupakan wujud nyata dari upaya PTDI dalam memperkuat kemandirian teknologi pertahanan nasional. Dengan pengalaman dan kapabilitas yang dimiliki kedua perusahaan, kami akan berupaya maksimal agar pengembangan teknologi Full Flight Simulator dan sistem AWACS yang unggul dapat tercapai,” papar Gita Amperiawan.