REJABAR.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Anggota Komisi I DPR Fraksi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin memberikan catatan penting untuk program Pendidikan Karakter Panca Waluya Jabar Istimewa atau pengiriman siswa "nakal" ke barak militer yang digagas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Ia menyebutkan program ini terus saja dilanjutkan namun dengan melengkapi yang kurang-kurangnya. Seperti misalnya melibatkan pakar pendidilkan. Sehingga, terjadi sinergitas antara pakar dan militer untuk menghasilkan anak yang baik, disiplin, dan soleh.
"Kalau ada inisiatif yang baik, hasilnya positif silakan teruskan. Menurut hemat saya itu lebih baik daripada liat geng motor merajalela, anggotanya tambah banyak, tapi pejabatnya caricing wae (diam saja)," ujar TB Hasanudin di Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Senin (9/6).
Menurutnya, pro kontra terkait program pemerintah seperti yang digagas Dedi Mulyadi di Jawa Barat ini merupakan hal wajar. Namun jika ditemukan kekurangan tinggal diperbaiki.
Politisi PDI Perjuangan itu meminta pembinaan siswa di barak militer atau pusar pendidikan (Pusdik) TNI AD itu tidak serta merta pendidikannya seperti militer. Paling materi yang seperti militernya itu belajar baris-berbaris, mengasah mental, melatih kedisiplinan seperti bangun pagi tepat waktu, makan dan tidur tepat waktu, serta yang lainnya.
"Sekarang ini banyak orang melihat pelatihan kalau di barak atau Pusdik itu seperti militer, padahal tidak seperti itu juga," kata dia.
Lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1974 ini mencontohkan, di beberapa sekolah internasional di Jakarta sudah menerapkan hal tersebut meski dengan istilah yang berbeda. Seperti anaknya yang sekolah di Lab School Jakarta, ada program dalam satu tahun lima hari dilatih di militer.
"Iya anak saya juga, waktu SMP di Marinir dan SMA di Kopassus. Hasil dari pelatihannya cukup terasa, mereka jadi lebih disiplin," katanya.