REJABAR.CO.ID, CIREBON -- Seorang gadis remaja berinisial MM (17) nekad mencoba mengakhiri hidupnya dengan minum cairan pembersih lantai. Beruntung, nyawanya berhasil diselamatkan setelah dilarikan ke rumah sakit.
Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bapeksi Kota Cirebon yang kini menjadi kuasa hukum MM, Ahmad Faozan, mengatakan, kliennya itu mengalami depresi berat karena terhimpit ekonomi yang membuatnya tidak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Dia sudah berusaha dengan menjadi penjaga toko buah, tapi upahnya sebesar Rp 20 ribu per hari tidak mencukupi. Akhirnya dia depresi. Bayangan dia ingin sekolah, tetapi uang yang didapat sangat tidak mencukupi. Makanya dia putus asa dan minum racun,” ujar Ahmad, Senin (9/6/2025).
MM diketahui sempat bersekolah di salah satu SMAN di Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon pada 2024. Namun, hanya sampai satu semester di kelas X. MM berniat untuk melanjutkan sekolahnya kembali pada tahun ajaran baru ini. Namun, ia merasa depresi karena tidak memiliki biaya yang cukup untuk keperluan sekolahnya.
Sementara itu, Kepala SMAN Tengah Tani, Euis Yeti Srinawati, membenarkan bahwa MM pernah bersekolah di SMAN Tengah Tani. Namun, siswi tersebut kemudian menghilang tanpa kabar.
Euis pun membantah adanya kabar yang menyebutkan bahwa sekolahnya mengeluarkan MM karena persoalan biaya. Ia menegaskan, selama ini pihaknya justru terus mencari keberadaan MM. “Pihak sekolah tidak pernah mengeluarkan atau DO. Apalagi ada bahasa dipecat. Masa sekolah dipecat? Itu gak ada. Dan (soal biaya) gak ada bayar-bayaran,” ujar Euis, Senin (9/6/2025).
Euis mengatakan, MM hanya bersekolah selama satu semester di kelas X pada 2024 lalu. Pihaknya pun telah melakukan home visit (kunjungan ke rumah) untuk mengetahui penyebab absennya MM dari sekolah. Saat home visit itu, pihak sekolah bertemu dengan orang tua MM. Saat itu, terungkap bahwa alasan MM tidak sekolah karena tidak punya ongkos dan sering sakit-sakitan.
Meski sempat kembali ke sekolah, namun MM kembali menghilang. Pihak sekolah pun tidak mengetahui keberadaannya karena alamat rumah orang tua MM sering berpindah-pindah. “Kami juga kebingungan dan sudah mencoba mencari alamat rumahnya. Nanya ke teman-temannya gak ada yang tahu,” katanya.
Pihak sekolah, akhirnya mengetahui keberadaan MM setelah adanya pemberitaan bahwa MM mencoba mengakhiri hidupnya dan kini dirawat di rumah sakit. “Dengan adanya kabar itu, kami akan berkunjung ke rumah sakit,” katanya.
Ia pun mempersilakan MM untuk kembali ke sekolah karena tidak pernah dikeluarkan. Hal itu bisa dicek dari dapodik yang sampai saat ini masih terdaftar.