Senin 03 Apr 2023 16:19 WIB

Koalisi Besar Upaya Menghilangkan Pengaruh Mengawati dan Lawan Rivalitas Koalisi Anies

Jokowi juga semakin terang-terangan menunjukan dukungan kepada Prabowo Subianto. 

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus Yulianto
Presiden Jokowi bersama lima ketua umum partai politik yang tergabung dalam koalisi pemerintah menghadiri acara Silaturahmi Ramadan Bersama Presiden RI di Kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Ahad (2/4/2023). Ketum Nasdem tak diundang, sedangkan Ketum PDIP tidak hadir.
Foto: Dok DPP PAN
Presiden Jokowi bersama lima ketua umum partai politik yang tergabung dalam koalisi pemerintah menghadiri acara Silaturahmi Ramadan Bersama Presiden RI di Kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Ahad (2/4/2023). Ketum Nasdem tak diundang, sedangkan Ketum PDIP tidak hadir.

REJABAR.CO.ID,  JAKARTA -- Pengamat politik Dedi Kurnia Syah menilai wacana koalisi besar yang mengemuka pascapertemuan lima ketua umum partai pendukung pemerintah dengan Presiden Joko Widodo, Ahad (2/4/2023) kemarin sebagai upaya membentuk kekuatan besar untuk mengalahkan PDIP.  Hal ini juga sebagai upaya menghilangkan pengaruh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Terlebih, Jokowi juga semakin terang-terangan menunjukan dukungan kepada Prabowo Subianto. "Ini menguatkan dukungan Jokowi ingin ada kekuatan besar yang bisa kalahkan PDIP, atau hilangkan pengaruh Megawati. Sekaligus bisa mengalahkan rivalitas dengan koalisi Nasdem yang mengusung Anies," ujar Dedi kepada Republika.co.id, Senin (3/4/2023).

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini mengatakan, sebelum wacana koalisi besar ini juga, terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN dan PPP juga dinilai cenderung untuk melawan PDIP. Menurutnya, KIB dibangun sekaligus menjadi ruang kekuasaan Jokowi lepas dari PDIP.

"Pada dasarnya sejak awal terbentuknya KIB, memang cenderung dibangun untuk melawan PDIP, sekaligus menjadi ruang kekuasaan Jokowi lepas dari PDIP, dan PDIP tahu," kata Dedi.

Karena itu, kata Dedi, dalam pidato Megawati di Rakernas PDIP beberapa waktu lalu menyinggung kader untuk tidak bermanuver. Yang salah satunya, menurut Dedi, ditujukan pada Jokowi.

Dedi melanjutkan, apalagi pascabatalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 yang menjadi salah satu agenda besar Pemerintahan Jokowi semakin menguatkan untuk membentuk poros koalisi besar menandingi PDIP. Terlebih, PDIP menjadi salah satu yang ikut andil menciptakan kegaduhan penolakan Timnas Israel yang kemudian diikuti Indonesia dicoret FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia.

"Kegagalan Piala Dunia menjadi pemantiknya, Jokowi jelas kecewa karena ia berharap Piala Dunia akan menjadi magnet baru galang simpati publik, mengingat sebelumnya prestasi internasional paling mengemuka masih di dominasi Formula E, di tambah agenda superboat di Toba juga kurang bergaung," ujar Dedi.

"Sementara gagal, maka kekecewaan itu semakin menguat utamanya dengan PDIP yang lantang membuat kegaduhan," tambahnya.

Terkait peluang koalisi besar ini di Pilpres mendatang, dia menilai, bergantung dengan siapa sosok calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo. Menurutnya, meskipun koalisi besar tetapi belum menjamin kemenangan.

"Bergantung, jika Prabowo tidak mendapat lawan sepadan, maka edar kemungkinan menang, tetapi jika kemudian Anies mendapat pasangan yang bisa dianggap bagian dari pemerintah saat ini, maka Prabowo tetap kesulitan," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement