Rabu 12 Mar 2025 08:14 WIB

Ramadhan Berkah, di Balik Gurun Sampah TPA Sarimukti

Sunar, sudah 20 tahun bergelut dengan sampah di TPA Sarimukti sejak masih bujang

Rep: Ferry Bangkit Rizki / Red: Arie Lukihardianti
Para Pemulung Tetap Beraktivitas di TPA Sarimukti, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat Ditengah Bulan Suci Ramadhan dan Ancaman Bencana Alam
Foto: Ferry Bangkit
Para Pemulung Tetap Beraktivitas di TPA Sarimukti, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat Ditengah Bulan Suci Ramadhan dan Ancaman Bencana Alam

REJABAR.CO.ID,  BANDUNG BARAT -- Bulan Ramadhan bukan alasan bagi Sunar untuk bermalas-malasan dalam mengais rezeki dari gunungan sampah di TPA Sarimukti, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat. Pria berusia 49 tahun itu dengan telatennya memilah sampah yang masih bisa menghasilkan rupiah.

Raut wajah letih terpancar jelas dari wajah Sunar kala itu. Sunar sedari pagi berpacu dengan ratusan pemulung lain untuk memilah sampah yang dibuang dari Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat itu.

Baca Juga

Aroma bau busuk yang menyengat dari gunungan sampah bukan soal lagi bagi Sunar. Begitupun ulat-ulat kecil yang berkeliaran, hingga ancaman luka dari kaca, paku, jarum sudah tak lagi dihiraukan olehnya. Asal, bisa menghasilkan rupiah untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya.

"Bulan puasa, tentunya harus makin semangat. Soalnya gak ada yang bisa dilakuin lagi selain milah sampah di TPA Sarimukti ini," ujar Sunar, belum lama ini.

Sunar, sudah 20 tahun bergelut dengan sampah di TPA Sarimukti sejak masih bujang. Profesi itu tetap ia jalan hingga akhirnya menikah dan memiliki anak. Sunar sudah tidak punya piliha pekerjaan lain untuk mencari pundi-pundi rupiah selain memilah sampah.

"Saya sejak bujang, sekarang udah anak 3, dari awal buka TPA Sarimukti udah mulung. Jadi udah biasa, luka kena kaca, kadang ada juga jarum suntik juga pernah. Nyari kerjaan lain susah, tidak bisa, jadi ini aja ditekuni, buat anak istri," kata Sunar.

Menenteng karung, Sunar selalu menantikan sampah-sampah yang diturunkan dari truk-truk pengangkut setiap harinya. Sudah ada 7 karung barang bekas seperti kawat, besi, botol plastik, hingga tembaga telah berhasil dikumpulkannya.

Sampah hasil pilah yang masih bernilai ekonomi itu nantinya ia jual kepada bandar. Jika sedang beruntung, Sunar bisa mendapatkan Rp 150 ribu setiap harinya. Bahkan, terkadang yang mendapatkan kejutan berupa emas dan lain sebagainya. "Sehari bisa Rp 100 ribu kadang Rp150 ribu, tergantung kuatnya badan aja, tiap hari dari pagi, karena sekarang jam 5 (sore) tutup," katanya.

Dibalik sumber cuan itu ternyata menyimpan potensi bahaya seperti longsor dan sebagainya, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Namun hal itu tak menyurutkan kenekatan para pemulung untuk tetap mencari rongsok sebagai mata pencaharian mereka.

Bukan hanya Sunat, tapi ada juga Sodikon (30) dan ratusan pemulung lainnya. Mereka tetap bertahan dibawah derasnya hujan dan panas terik matahari demi mencari sumber rezeki penyambung hidup. "Ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya cuma ini. Kalau enggak mulung enggak dapat uang," ujar Sodikon.

Sementara itu, Kepala UPTD Pengelolaan Sampah TPA/TPST Regional pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat, Arief Perdana mengatakan pemulung yang bekerja di area TPA Sarimukti memang tak bisa dilarang. "Sebetulnya beresiko tapi kan mereka juga tidak bisa dilarang. Kita mau membatasi, dan sebenarnya pembatasan bukan kita menghalangi mata pencaharian tapi untuk keamanan mereka sendiri," kata Arief.

Namun Arief mengatakan pihaknya tetap bakal melakukan penertiban terutama pada bangunan liar yang dibangun di atas gunungan sampah. Bangunan itu berfungsi sebagai tempat istirahat sementara para pemulung.

"Jadi sebetulnya mereka disini dengan menanggung resikonya sendiri. Jadi pimpinan mengizinkan pemulung di sini asal bisa ditertibkan. Itu akan upayakan bangunan tempat istirahat mereka di tumpukan sampah. Tapi aktivitas masih boleh," kata Arief.

Saat ini, Arief menjelaskan bahwa jumlah pemulung yang beraktivitas di TPA Sarimukti sebanyak 620 orang. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 580 orang. "Ya setahun ini bertambah sekitar 40 orang, kebanyakan orang luar. Kalau yang asli sini (Sarimukti), itu bandar-bandar rongsok yang ada di luar TPA Sarimukti," kata Arief.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement